Senin, 26 April 2010

Pemerolehan dan Pengajaran Bahasa (FLE)

BAB I
PENDAHULUAN


Selain pemakaian bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah, di Indonesia terdapat juga pengajaran bahasa asing antara lain bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Jerman, bahasa Belanda, bahasa Mandarin, bahasa Jepang, bahasa Korea, dan sebagainya. Bahasa Prancis sebagai bahasa asing diajarkan di sekolah menengah atas dan perguruan tinggi tertentu dan berbagai lembaga pendidikan. Bahasa Prancis sebagai bahasa asing dikenal dengan istilah Le français langue étrangère (FLE). FLE mempunyai kedudukan sebagai bahasa asing bukan bahasa kedua yang artinya FLE tidak akan bersaing dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa daerah sebagai sarana komunikasi masyarakat.
Pengusaan bahasa-bahasa asing khususnya FLE mempunyai peran penting bagi Indonesia terutama dalam era globalisasi saat ini. Pertama, buku-buku dan teks cukup banyak yang tertulis dalam Prancis. Kedua, banyaknya wisatawan Prancis yang mengunjungi Indonesia membutuhkan pemandu wisata yang cakap berbahasa Prancis. Ketiga, Bahasa Prancis merupakan bahasa internasional kedua yang digunakan dalam banyak negara, sehingga penguasaan bahasa Prancis akan bermanfaat sebagai sarana komunikasi antar bangsa. Keempat, mempelajari bahasa Prancis untuk kepentingan sektor pendidikan, pariwisata, politik, dan ekonomi.
Secara garis besar, menguasai suatu bahasa termasuk FLE dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemerolehan dan pengajaran. Namun, di Indonesia lebih digunakan cara pengajaran untuk mengusai FLE.





BAB II
PEMBAHASAN

A. Perbedaan antara Pemerolehan dan Pengajaran FLE
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pengajaran dan pembelajaran bahasa bahasa. Pengajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari bahasa kedua setelah ia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi pemerolehan bahasa berkaitan dengan bahasa pertama, sedangkan pengajaran bahasa berkaitan dengan bahasa kedua.
Untuk menguasai bahasa ibu, anak tidak mempeajarinya terlebih dahulu. Namun, secara alami, pemerolehan bahasa dilakukan dengan mendengar dan menirukan bahasa dari lingkungannya yang telah menjadi kebiasaan. Jika dikaitkan dengan FLE, maka pemerolehan bahasa Prancis terjadi pada anak dari keluarga campuran Indonesia Prancis yang menetap di Indonesia. Bahasa ibu si anak adalah bahasa Indonesia, tetapi ia juga dapat berbahasa Prancis tanpa mempelajarinya karena ia telah memperolehnya dari orang tuanya juga mengajaknya bicara dengan bahasa Prancis, sehingga anak dapat berbahasa Prancis walaupun tinggal di Indonesia.
Pengajaran bahasa Prancis dilakukan untuk mengajarkan bahasa Prancis sebagai bahasa asing di negara selain Prancis dan negara-negara franchophonie. Untuk menguasai bahasa, orang harus mempelajari bahasa tersebut secara formal. Penguasaan bahasa Prancis melalui pengajaran merupakan tindakan atau upaya seseorang untuk belajar bahasa Prancis agar dapat mengusasi bahasa tersebut. Singkatnya, pengajaran atau pembelajaran bahasa kedua adalah usaha sadar dalam mempelajari bahasa kedua dengan maksud dan tujuan tertentu.

B. Pemerolehan Bahasa Prancis sebagai Bahasa Asing
Stephen Krasen (1984) menyatakan bahwa teori pemerolehan B2 (Bahasa kedua) adalah bagian dari linguistik teoritik karena bersifat abstrak. Menurutnya, dalam pengajaran B2 yang praktis adalah teori yang paling baik. Istilah bahasa kedua digunakan untuk menggambarkan bahasa-bahasa yang pemerolehannya atau penguasaannya dipelajari setelah menguasai bahasa pertama. Bahasa-bahasa yang dipelajari tersebut juga dikenal dengan istilah bahasa target (target language).
Pemerolehan bahasa kedua tidak seperti pada pemerolehan bahasa pertama. Pada pemerolehan bahasa pertama, siswa berawal dari nol (dia belum menguasai bahasa apa pun) dan perkembangan pemeroleh bahasanya seiring dengan perkembangan fisik dan psikisnya. Selain itu pemerolehan bahasa pertama dilakukan secara informal dengan motivasi tinggi agar dapat berkomunikasi dengan orang-orang disekelilingnya., sedangkan pemerolehan bahasa kedua dilakukan secara formal dengan motivasi siswa yang tidak terlalu tinggi karena bahasa tersebut tidak digunakan untuk berkomunisa dengan masyarakat siswa tersebut.
Pemerolehan bahasa kedua sering dipertentangkan dengan pembelajaran bahasa kedua dengan asumsi bahwa keduanya melalui proses yang berbeda. Secara singkat, pemerolehan bahasa kedua dalam Rombepajung (1988: 99) adalah proses mempelajari suatu bahasa selain bahasa ibu secara baik sadar maupun tidak sadar, baik dalam lingkungan formal maupun tidak. Pemerolehan tersebut meliputi fonologi, leksikon, tata bahasa, dan pengetahuan praktis. Namun, sebagian besar ditekankan pada morfosistaksis.

C. Pengajaran Bahasa Prancis sebagai Bahasa Asing
Tujuan utama pengajaran Bahasa Prancis sebagai bahasa Asing adalah agar siswa mampu mengusasi empat keterampilan bahasa Prancis. Adapun empat keterampilan tersebut adalah keterampilan mendengar (Comprehension Orale), berbicara (Exspression Orale), membaca (Comprehension Écrit), dan menulis (Expression Écrit). Selain itu, tujuan lainnnya adalah agar siswa mampu berkomunikasi menggunakan bahasa asing, tujuan profesi, dan dapat mempelajari kebudayaan negara asal bahasa tersebut.
Terdapat dua pendekatan utama dalam pengajaran bahasa yaitu pendekatan formalis yang bertahan cukup lama dan pendekatan fungsionalis yang relatif baru pada tida dekade terakhir. Menurut pendekatan formalis, bahasa adalah bentuk. Maka pengajarannya adalah berpusat pada pengajaran bentuk-bentuk bahasa. Sedangkan pengajaran fungsional lebih menekankan pada aspek fungsi bahasa. Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam pengajaran bahasa, yaitu:
1. Kemampuan bahasa
Saat seseorang ingin mempelajari bahasa asing secara formal, maka yang lebih baik adalah mengikuti tes kemampuan bahasa (language aptitude test). Tes ini terbukti cukup efektif untul memprediksi siswa yang akan sukses di pembelajaran bahasa asing, seperti contohnya tes keterampilan bahasa yang dilakukan oleh jurusan bahasa Inggris, FBS, UNY dan placement test yang dilakukan oleh lembaga kursus.
2. Usia
Sebagian besar masyarakat meyakini bahwa untuk belajar bahasa asing akan lebih baik dilakukan ketika masih anak-anak. Belajar pada usia dewasa akan terasa lebih sulit. Namun, penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa yang belajar bahasa kedua tetap dapat mencapai tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Program pembelajaran bahasa berupa immersion, yaitu pembelajaran dengan terjun langsung ke lingkungan penutur asli, orang dewasa lebih cepat memperoleh bahasa kedua dibanding anak-anak. Hal ini disebabkan otak orang dewasa lebih sempurna dan ia memiliki pengalaman berbahasa dibandingkan anak-anak.

3. Strategi yang digunakan
Penggunaan strategi yang efektif sangat penting agar pembelajaran bahasa asing dapat berhasil. Secara umum strategi pembelajaran bahasa terbagi menjadi dua, yaitu strategi belajar dan strategi komunikasi. Strategi belajar adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa asing, misalnya penggunaan kamus. Sedangkan strategi komunikasi adalah strategi yang digunakan siswa bahasa kedua untuk dapat berkomunikasi menggunakan bahasa tersebut, misalnya saat berbincang dengan penutur asli.
4. Motivasi
Penelitian menunjukkan bahwa motivasi berkaitan dengan tingkat keberhasilan seseorang. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan sukses dan kesuksesan yang diperolehnya itu akan semakin meningkatkan motivasinya. Motivasi bukanlah suatu yang bersifat stagnan, tetapi sangat dipengaruhi oleh diri sendiri dan lingkungan, salah satunya adalah teknik dan metode pengajaran yang digunakan guru.
Dalam pengajaran bahasa Prancis sebagai bahasa Asing, terdapat sepuluh metode utama yaitu:
1. metode terjemahan tata bahasa
2. metode langsung
3. metode audiolingual
4. pendekatan kognitif
5. pendekatan ganda
6. responsi fisik total
7. pendekatan alamiah
8. belajar bahasa masyarakat
9. cara diam
10. sugestopedia


D. Pengajar dan Siswa dalam Pengajaran Bahasa
Dua komponen paling utama dalam pengajaran bahasa adalah pengajar dan siswa. Fungsi pengajar dalam pengajaran bahasa Prancis masih sangat penting khususnya di Indonesia sehingga para pengajar dituntut kualitas, profesionalitas, dan responsibilitasnya dalam menyampaikan studinya pada siswa. Di sini, bahasa Prancis diajarkan secara formal oleh Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi (PT). Sedangkan secara nonformal, pengajaran bahasa Prancis dilakukan oleh CCF dan lembaga kursus bahasa.
Pengajar mempunyai banyak peran, antara lain sebagai pengajar, fasilitator, motivator, organisator, yang dituntut memiliki kompetensi sebagai pengajar. Pada zaman sekarang, pengajar harus mampu memposisikan diri sebagai pengajar dan pembelajar yang berarti pengajar merupakan mitra belajar siswa. Sehingga pengajar pun dapat belajar pada pembelajaran yang ia lakukan untuk meningkatkan kualitasnya dalam mengajar. Lain dengan zaman dahulu, yang antara pengajar dan siswa memiliki hubungan vertikal, sekarang hubungan antara keduanya adalah horisontal. Sehingga pembelajaran sekarang lebih interaktif.
Berikut merupakan perbedaan antara metode pengajaran tradisional dan pengajaran interaktif.
Skema 1: Sistem kelas Skema 2: Sistem grup dalam kelas
Siswa (S1)

(S2) (S3)
1.


(S4) pengajar
Efektifitas pengajaran bahasa di suatu negara masih sebagian besar bergantung pada tenaga pengajar. Untuk itu seorang pengajar hendaknya mempunyai keterpaduan antara kualitas pribadi (intelegensia, kepribadian, dan kematangan emosionalnya), keterampilan teknis (memaksimalkan pembelajaran siswa, dapat mengendalikan kegiatan di dalam kelas,dan kemampuan penyajian bahasa pelajaran) dan pengertian profesional tentang pekerjaannya sebagai pendidik.
Dalam Rombepajung (1988: 10-11), latihan-latihan yang diharapkan pada pembibitan guru bahasa yang ideal pada umumnya mencakup tiga komponen yaitu komponen keterampilan, komponen informasi, dan komponen teori. Komponen keterampilan mencakup penguasaan teknik mengajar, penguasaan bahasa yang diajarkan, serta kemampuan melaksanakan evaluasi. Komponen informasi meliputi pengetahuan tentang seluk-beluk pendidikan, pengenalan tentang silabus dan pengenalan terhadap sifat bahasa yang diajarkan. Komponen teori mencakup pemilihan yang tepat terhadap penemuan-penemuan teoritis di bidang filsafat pendidikan, psikologi linguistik, linguistik terapan dan sebagainya. Jadi unsur pendidikan pengajar yang ideal akan sangat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Siswa merupakan sasaran terakhir dari keseluruhan unsur yang telah dibicarakan. Setiap siswa bahasa asing terdiri dari individu yang memiliki sifat tersendiri yang membedakannya dari siswa lain di samping adanya sifat-sifat atau karakter umum sebagai insan manusia. Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa secara umum dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Kelompok yang memiliki motivasi tinggi serta bersedia belajar, memiliki kemampuan bahasa, memiliki pengalaman belajar bahasa asing, dan pengalaman pendidikan umum.
2. Kelompok yang memiliki rata-rata belajar yang optimal serta lebih gemar belajar sendiri dan keinginan untuk berhasil sangt rendah.

E. Evaluasi
Pembelajaran dan pengajaran bahasa memerlukan sitem balikan yang merupakan petunjuk untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai serta dapat menginformasikan kepada mereka yang sedang terlibat dalam proses pembelajaran dan pengajaran tersebut dapat dilaksanakan. Evaluasi juga dapat digunakan untuk administrasi kegiatan sosial, seleksi untuk pendidikan lanjutan, serta dapat dipergunakan sebagai bukti dapat tidaknya seseorang diterima di dalam pelbagai lapangan pekerjaan.
Secara garis besar terdapat dua jenis evaluasi yaitu kontrol dan formatif. Sistem kontrol dilakukan dengan cara mengecek kesesuaian performance dari siswa. Yang dilanjutkan dengan penilaian prestasi siswa yang menggunakan berbagai seperti tes, tugas, ujian semester, dan ujian akhir, . Yang ditandai denga hasil akhir sebuah nilai. Evaluasi ini bersifat wajib yang berlaku bagi seluruh siswa dalam suatu kelas. Selain itu, evaluasi model kontrol terdapat sanksi jika tidak mengikutinya. Sanksi berupa susulan atau diganti dengan tugas lain. Setelah terkumpul selama periode yang ditetapkan, misalnya UAS per semester maupun ujian akhir siswa akan mendapat suatu tanda bukti hasil pembelajaran yang selama ini dicapai, semisal raport, KHS, DHS, dan sertifikat. Bagi pembelajar bahasa Prancis, siswa dapat memeroleh sertifikat setelah ia mengikuti tes DELF, DALF dan ijazah lainnya.
Evaluasi model kedua yaitu evaluasi formatif yang berdasarkan atas segala informasi atau pengetahuan yang telah didapat siswa yang kriteria ditentukan oleh pengajar. Untuk itu, digunakan data penilaian terhadap masing-masing siswa, tes, dan tugas-tugas. Kemudian pengajar mengevaluasi dengan memberikan komentar-komentar mengenai apa yang telah dicapai siswa, mengoreksi dan melengkapinya. Hasil akhirnya siswa dapat mengetahui seberapa tingkat kompetensi yang telah dicapainya.


F. Bahasa Antara (Interlanguage)
Bahasa antara (Interlanguage) adalah bahasa yang mengacu kepada sistem B1 dan kedudukannya berada di antara B1 dan B2 (Selingker, 1972). Tahapan perkembangan bahasa antara menurut Corder (1973) sebagai berikut:
1. Tahapan kegalatan acak
Pertama, si-belajar berkata “Mary cans dance” yang kemudian diganti menjadi “Mary can dance”
2. Tahapan kebangkitan
Pada tahapan ini, si-belajar mulai menginternalisasikan beberapa kaidah bahasa kedua tetapi ia belum mampu membetulkan kesalahan yang dibuat penutur lain.
3. Tahapan sistematik
Si-belajar sudah mampu menggunakan B2 secara konsisten walaupun kaidah B2 belum sepenuhnya dikuasainya.
4. Tahapan stabilisasi
Si-belajar relatif menguasai sistem B2 dan dapat menghasilkan bahasa tanpa banyak kegalatan atau pada tingkat post systematic menurut Corder.
Pada masyarakat pengguna B2 juga sering menggunakan bahasa pidgin, yaitu campuran yang terjadi akibat penerapan dua atau tiga bahasa di dalam percakapan sehari-hari.









BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Terdapat dua cara untuk menguasai bahasa, yaitu dengan cara pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa. Pemerolehan bahasa mengandung pengertian penguasaan bahasa pertama (bahasa ibu) yang terjadi sejak kanak-kanak, sedangkan pengajaran bahasa cenderung digunakan untuk menguasai bahasa kedua, walaupun pada kenyataannya bahasa pertama juga sebagai bahan pengajaran di lembaga pendidikan. Pemerolehan bahasa meliputi fonologi, leksikon, tata bahasa, dan pengetahuan praktis. Namun, sebagian besar ditekankan pada morfosistaksis.
Pengajaran bahasa Prancis sebagai bahasa Asing dilakukan di SMA/SMK, Perguruan Tinggi, lembaga kursus dan CCF. Tujuan utama pengajaran Bahasa Prancis sebagai bahasa Asing adalah agar siswa mampu mengusasi empat keterampilan bahasa Prancis. Adapun empat keterampilan tersebut adalah keterampilan mendengar (Comprehension Orale), berbicara (Exspression Orale), membaca (Comprehension Écrit), dan menulis (Expression Écrit). Selain itu, tujuan lainnnya adalah agar siswa mampu berkomunikasi menggunakan bahasa asing, tujuan profesi, dan dapat mempelajari kebudayaan negara asal bahasa tersebut. (nATIQ '09)

Teori Belajar Constructivisme

Natiqotul Muniroh ALIRAN CONSTRUCTIVISM II
07204241003
L’Enseignement du FLE

1. Pemahaman materi dari penyaji:
Aliran Konstruktivisme menurut seperti yang disampaikan uki dalam presentasinya adalah siswa dapat memperoleh pengetahuan dari lingkungan. Hal ini diambil dari teori John Dewey yang mengatakan bahwa siswa dapat belajar sendiri untuk mencari informasi dari lingkungan di sekelilingnya, sehingga tidak tergantung pada guru/dosen. Sehingga kita belajar tidak hanya untuk mendapatkan nilai saja, tetapi agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari0hari.
Pembentukan identitas (bahasa) individu dipengaruhi oleh lingkungan. Manusia diibaratkan seperti kertas kosong, dimana perilaku dan bahasa seseorang ditentukan dimana ia tinggal. Dalam hal tersebut, fungsi bahasa menjamin pemeliharaan sosial. Konstruktivisme berkaitan dengan interlanguage variability dan interacsionist. Interaksi diperlukan dalam pembelajaran bahasa kedua, dan dari berbagai pengalaman yang diperoleh tersebut akan dikonstruksi ke dalam diri siswa. Fungsi interaksi bahasa memungkinkan mereka membangun kontak sosial serta saluran komunikasi tetap terbuka. Interaksi yang diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal mempunyai 5 unsur yaitu: saling ketergantungan fisik, tatap muka, komunikasi antar anggota, tanggung jawab perorangan dan evaluasi proses berkelompok.

2. Membandingkan pemahaman materi antara penyaji dan pemahaman sendiri:
Pada awalnya saya sepaham dengan apa yang diuraikan penyaji bahwa aliran konstruktivisme menekankan pada siswa untuk aktif membangun pengetahuannya dari pengamatan yang dilakukan terhadap lingkungannya, seperti yang teori John Dewey. Siswa mampu membangun pengetahuannya dari pengalaman yang ia peroleh dari lingkungan, tapi disini juga ditekankan bahwa ketika siswa membangun pengetahuannya ia membutuhkan proses berfikir yang terjadi pada otaknya. Sehingga siswa bukanlah seperti piring kosong yang bisa dipengaruhi oleh lingkungannya, tapi siswa dapat memperoleh pengetahuan dari pengamatan dan proses berfikir siswa tersebut. Ia akan bisa membedakan hal yang baik dan buruk yang teerjadi pada lingkungannnya. Dalan aliran konstruktivisme yang dipentingkan adalah proses bukan hasil akhir dari pembelajaran. Untuk itu, pendidikan dengan teori konstruktivisme penting untuk diterapkan untuk membangun kognisi dan mentalitas siswa untuk mempersiapkan menjadi manusia yang tangguh terhadap permasalahan yang terjadi pada lingkungannya. Sehingga siswa tidak hanya menerima pengetahuan, budaya, paham, perilaku dari lingkungannya saja, tetapi siswa mampu menyeleksi semua informasi yang masuk , diolah dalam otak dan menerapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

La Présentation sur le Candi Prambanan

Bonjour mesdames, messieurs......
Bon, maintenant je vous raconte le temple Prambanan, particulièrement au sujet de temple Shiva, Vhisnu, et Brahma, bien sur les autres autour des eux.
Prambanan est le temple hindouiste le plus grand d’Indonesie, situé à l’est de Yogyakarta. Le temple construit par Rakai Pikatan, roi de la deuxième dynastie de Mataram (Dynasti Sanjaya) au 9ème siècle. Un trembelement de terre detrusit integralement lr complex en 1549. La reconstruction des trois temples principaux, consacrés à Brahma, Shiva débuta en 1937 et s’acheva en 1987. Et depuis 1991, Prambanan protegé par UNESCO.
Bon! Prambanan est partagé en trois, ces sont Bhurloka, Bhuwarloka, et Swarloka. A cause de ce la, Le complexe de Prambanan est partagé trois carré. Le carreé le plus grand, n’a pas de temples Alors, dans le carre du millieu, il y a 224 petits temples s’appéle Perwara qui sont arrangés en 4 lignes. Dans le carré central, il y a trois temples principaux selon le trinité hindouiste. Ces sont le temple de Shiva (le destructeur) au centre, le temple de Vhisnu (le gardien) au nord et le temple de Brahma (le createur) au sud.
Le temple de Shiva a une dimension de haute 47 m. Sur le Balustrade du temple, il exsiste illustration de l’histoire Ramayana. Et sur le mur, il y a de bas reliefs décoratif comme kalpataru (l’arbre de la vie), kinjara-kinari (l’oiseau à tête humain), et ratna (une lotus). Ce temple possède á 4 salles qui’il ya 4 statues. Le statue Shiva Mahadewa à l’ouest, le statue Shiwa Mahaguru ou Agastya au sud, le statue de Ganesha (dieu à la tête d’elephant) à l’est, et le statue de Durga, femme de Shiva au nord, il est simbole de la mort. On l’appelee Roro Jonggrang.
La légende indique qu’un homme, s’appelle Bandung Bondowoso veut epouser Roro Jonggrang, une fille de roi Boko. Mais elle a su que son père est tué par Bandung. Alors, elle l’a déclare l’eposerait s’il purrait contruire mille temples dans une nuit. Bandung qui était un homme puissant avec des puissances surnaturel et il n’a vu aucune difficulté dans l’ensemble de tache. Quand il avait prèsque accompli la demande de Roro Jonggrang, elle est trop paniqué, puis elle demande toutes les filles de la village à brûler des piles de foin. Alors, la lumierre a causé le bruit par le martèlement du riz comme si le travail du jour avait commencé. Ces actions ont causé la situasion entourant le secteur devient une camuflage si le soleil se levait. Les temples qui sont 999 est quitté par les ginny.C.est t a dire que Bandung ne peut pas marie avec Jonggrang, puis Bandung était en colère, il la maudit dans un statue en pierre, finissant du travail. Alors, c’est un croix s’il y a un couple qui se rencontrent à Prambanan va se separer.
Alors, temple Vhisnu situé nord de Shiva. Le temple Vhisnu a même d’architecture et même dimension de temple Brahma, La pricipale différent se situé sur le balustrade qui sont une illustration du Khrisnayana ou les aventure de Prabu Krishna.
Ensuite, le temple de Brahma situé au sud du temple Shiva, il mesure de 37 de haute. Il y en a le statue de Brahma qui porte de l’eau et chapelet à quatre bas, signifié la litterature canonique d’hindou (wedha) et l’orientation quatre d’aire des vents. Sur le Balustrade du temple de Brahma, on peut suivre la suite et la fin l’histoire de Ramayana dont la première partie se trouve sur le temple Shiva.
Devant les temples principaux, il y trois temple, en cours de restauration. Ils sont des animaux mistiques s’appèllent Nandi le buffle de Shiva, Hamsa le jars de Brahma et Garuda l’aigle de Vhisnu. Derrière le statue Nandi, il existe des petits statues de Chandra et Surya. C’est à dire la lune et le soleil.
L’épopée de Ramayana a été gravée sur le Balustrade du temple de Shiva et de Brahma. Cet histoire dépeint comment l’epouse de prince Rama, Sinta est enlevée par Dasamuka, le roi d’ogre en Alengka. À mai-octobre, à pleine lune,l’histoire de Ramayana est habituallement présenté en soirée de 19h à 21 h. Elle est joué a l’ouest du temple. Il est partcipé par 100 danseurs. L’orchestre de Gamelan est également jouer à faire l’exposition plus amusant. Cela produit une musique speciale que l’on entend seulementen Indonesie, particuliarement à Java.
Alors que l’épopée de Kresnayana qui indique l’enfance de Prabi Krishna, peut être vue sur Balustrade du temple de Vhisnu.
Ahh bon, voici mon explication au sujet de trois temples principaux de Prambanan et sur les légendes. J’espere que vous compreniez. Merci....
LAPORAN KUNJUNGAN “LA VISITE DE LA VILLE”
MUSEUM SONOBUDOYO, KRATON YOGYAKARTA, TAMAN SARI, KERAJINAN BATIK, WAYANG DAN PERAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Le Français du Tourisme


Oleh:
Natiqotul Muniroh 07204241003

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009
La visite de la ville atau istilah dalam Indonesianya kunjungan dalam kota menjadi tujuan wisata utama mengingat kota Yogyakarta merupakan pusat kebudayaan dan kesenian Jawa. Sehingga, tentu akan menarik banyak wisatawan asing maupun domestic. Kunjungan dalam kota di Yogyakarta secara umum meliputi kunjungan ke Museum Arkeologi Sonobudoyo, Kraton Yogyakarta, Taman Sari dan pusat kerajinan khas Yogyakarta seperti kerajinan batik, kerajinan wayang, dan kerajinan perak di Kotagede.

1. MUSEUM SONOBUDOYO
Pada kunjungan dalam kota ini, pertama kali mengunjungi museum arkeologi di Yogyakarta yaitu Museum Sonobudoyo. Museum Sonobudoyo adalah museum sejarah dan kebudayaan Jawa termasuk arsitektur klasik Jawa. Museuminin menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Museum ini terletak di sebelah utara alun-alun lor Yogyakarta tepatnya di Jl. Tri Kora No. 6 Yogyakarta.
Museum Sonobudoyo didirikan oleh Java Insitut yang bertujuan untuk melestarikan budaya Jawa dan kebudayaan lain yang sealiran dengan budaya Jawa, misalnya: Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Museum ini diresmikan oleh Sultan Hamengku Buwono VIII pada hari Rabu Wage tanggal 6 November 1935. Sekarang, pengelolaan museum ini di bawah pembinaan Dinas Kebudayaan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sampai saat ini, museum Sonobudoyo memiliki 42. 698 koleksi yang terdiri 10 kategori, yaitu: koleksi geologi, biologi, etnografi, arkeologika, historika, numismatika, filologika, keramologi, seni rupa, dan teknologika. Selain ruang pamer sebagai tempat memajang benda- benda koleksi, Museum ini juga dilengkapi dengan auditorium, perpustakaan, laboratorium, preparasi, kantor dan fasilitas umum. Namun, karena ruang pameran tidak cukup, maka dilakukan perluasann ruang pameran di kompleks nDalem Jayakusuman atau nDalem Condrokiranandi Wijilan, Panembahan sebelah timur alun-alun kota Yogyakarta. Di Museum Sonobudoyo II ini terdiri dari Ruang Pendopo Pengenalan, Ruang Kesenian, Ruang Transportasi, Ruang Pendopo Besar, dan Ruang Kantor lainnya yang diresmikan oleh Sultan Hamengku Buwono X pada 6 November 1998.
Museum Sonobudoyo berdekatan dengan obyek wisata lainnya seperti Kraton Yogyakarta, Taman Sari, Kebun Binatang Gembira Loka, Museum Benteng Vredenburg dan Pura Pakualalaman. Kawasan sekitar Sonobudoyo memiliki citra karakter bangunan colonial yang kental, antara lain adalah bank BNI, Museum Benteng Vredenburg, Gedung Agung, Seni Sono dan Kantor Pos. Bangunan Museum Sonobudoyo didesain oleh Ir. Th Karsten dan Vistarini yang memiliki karakter campuran antara bangunan Jawa dan Kolonial.
Museum Sonobudoyo Unit I memiliki koleksi benda-benda prasejarah sampai zaman Mataram, antara lain:
1. Genta Kalasan yang ditemukan tahun 1972 disisi barat daya candi Prambanan.
2. Patung-patung
3. Arca
4. Meriam
5. Gamelan Kyai Mega Mendung dari Kraton Kasepuhan Cirebon dan Gamelan Slendro-Pelog Kyai-Nyai Riris Manis.
6. Koleksi Batik
7. Topeng-topeng
8. Benda-benda tradisional seperti: Kecohan, Cepuri, Lopak-lopak dsb.
9. Petanen atau Pasren: tempat menghormati Dewi Sri.
10. Genta : Lonceng sebagai salah satu kelengkapan upacara agama Budha.
11. Talam
12. Wayang
13. Prajacihna : Lambang Kraton Kraton Ngayogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.

Ruang Prasejarah menyajikan benda-benda prasejarah yang mengambarkan cara hidup manusia pada masa berburu, mengumpulkan dan meramu makanan. Di ruang ini terdapat koleksi antara lain:
1. Replika tengkorak dan tulang manusia purba.
2. Alat batu Paleolitik: Kapak Lonjong, beliung persegi, nekara, moko, kapak corong, panah, gerabah, dsb.
3. Replika peti kubur batu.
Ruangan Klasik dan Peninggalan Islam, Budha dan Hindu.
Koleksi-koleksi antara lain:
1. Prasasti
2. Lambang
3. Cincin Stempel
4. Naskah daun lontar
5. Kitab Al Quran tulis tangan
6. Sajadah dari anyaman
7. Patung kepala dewa
8. Pantheon agama Budha
9. Artefak pantheon agama Hindu
10. Peralatan upacara agama Hindu dan Budha
11. Mata uang kuno, dsb.

Ruangan Batik:
Dapat kita saksikan, ruangan ini menyimpan koleksi-koleksi motif batik dari berbagai daerah. Berbagai macam motif batik cap, antara lain: Motif Kawung, Tumpal, Jlamprang, Udan Riris, Pinggiran BengkoK, Ceplok Burung dll.
Ruangan Wayang dan Topeng
Ruangan ini menyimpan koleksi-koleksi wayang antara lain:
1. Wayang kulit gaya Yogyakarta
2. Wayang Suluh
3. Wayang Kulit Gedhog
4. Wayang Kulit Purwa gaya Bali
5. Wayang Golek Menak
6. Wayang klithikan dsb.
Berbagai macam topeng antara lain:
1. Topeng Panji Asmoro Bangun
2. Rahwana
3. Anoman, dll.
Selain itu terdapat koleksi-koleksi peralatan upacara adat jawa.
Informasi penting tentang Museum Sonobudoyo:
Alamat : Jl. Tri Kora No. 6 Yogyakarta.
Telepon : (0274) 418330
Jam buka : Selasa-Kamis (07.00-14.30)
Jumat (07.00-11.00)
Sabtu-Minggu (07.00-13.00)
kecuali hari libur nasional
Harga tiket masuk : Rp 3.000,00
Biaya parkir mobil : Rp 3.000,00
Biaya parkir motor : Rp 2.000,00

2. KRATON NGAYOGYAKARTO HADININGRAT
Kunjungan kedua, kami berjalan ke arah selatan melewati alun-alun Lor Yogyakarta, menuju Kraton Yogyakarta. Yang disebut Kraton adalah tempat bersemayamnya ratu-ratu, berasal dari kata: ka+ratu+an+ Kraton atau disebut juga dengan Kedaton: ka+datu+ an, tempat datu-datu atau ratu-ratu, Dalam bahasa Indonesia disebut dengan Istana. Namun, istana belum berarti sebuah Kraton karena Kraton mengandung arti filsafat, keagamaan, dan kebudayaan.
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Yogyakarta dikenal secara umum oleh masyarakat sebagai bangunan istana salah satu kerajaan Nusantara. Kraton ini mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan setelah perjanjian Gayanti pada tahun 1755 di wilayah hutan Beringan, sekarang dijadikan nama sebuah pasaryaitu pasar Beringharjo. Konon, lokasi kraton ini merupakan bekas pesanggrahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan iring-iringan jenazah raja-raja Mataram yang dimakamkan di Imogiri.
Bangunan Kraton dengan arsitektur jawa yang agung dan elegan ini terletak di pusat kota Yogyakarta. Bangunan Kraton yang membentang dari utarake selatan. Halaman depan disebut alun-alun lor dan halaman belakang disebut dengan alun-alun kidul, antara Sungai Code dan sungai Winongo, antara gunung Merapi dan laut Selatan. Kraton dalam pikiran orang Jawa sebagai pusat jagat. Desain bangunan ini menunjukkan bahwa Kraton , Tugu dan Gunung Merapi berada dalam satu garis poros yang dipercaya sebagai hal yang keramat. Garis besarnya, wilayah Kraton memanjang 5 km kea rah selatan hingga Krapyak dan 2 km hingga Tugu. Dalam garis ini terdapat garis linier dualism terbalik, sehingga bisa terbaca secara simbolik filosofis. Dari arah selatan ke utara, sebagai lahirnya manusia dari tempat tinggi ke alam fana. Sebaliknya, sebagai proses kembalinyamanusia ke sisi Dumadi (Tuhan YME). Sedangkan Kraton dalam bahasa jasmani dengan raja sebagai lambing jiwa sejati yang hadir ke dalam badan jasmani. Kraton menuju Tugu juga diartikan sebagai jalan hidup yang penuh godaan. Pasar Beringharjo dilambangkan sebagai godaan wanita. Sedangkan Gedung kepatihan dianggap sebagai godaan akan kekuasaan. Keduanya terletak di sebelah kanan. Jalan lurus itu sendiri diartikan sebagai lambing manusia yang dekat dengan Sang Pencipta (Sangkan Paraning Dumadi). Secara sederhana, Tugu dilambangkan sebagai Lingga (laki-laki) dan Krapyak sebagai Yoni (perempuan). Dan Kraton sebagai jasmani yang berasal dari keduanya.
Tatanan special Kraton dari utara ke selatan area Kraton ini berturut adalah alun-alun Lor, Siti Hinggil Utara, Kemandhungan utara, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kemandhungan selatan, Siti Hinggil Selatan dan alun-alun Kidul. Sedangkan pintu yang harus dilalui untuk sampai ke masing-masing tempat berjumlah Sembilan, disebut Regol. Dari arah utara, terdapat gerbang, Pangurukan, tarub agung, brajanala, srimanganti, kemagangan, gadhung mlati, kemandhungan dan gading.
Luas Kraton Yogyakarta adalah 14.000 m. Didalamnya terdapat bangunan-bangunan, halaman2 dan lapangan2.
Halaman Kraton ke arah utara:
1. Kedhaton/ Prabayeksa
2. Bangsal Kencana
3. Regol Danapratapa (Pintu gerbang)
4. Sri Manganti
5. Regol Sri Manganti (Pintu gerbang)
6. Bangsal Panconiti (dengan halaman Kemandhungan)
7. Regol Brajanala (pintu gerbang)
8. Siti Hinggil
9. Tarub Agung
10. Pagelaran (tiangnya berjumlah 64 tahun jawa yang menandakan usia Nabi Muhammad)
11. Alun-alun utara dengan 63 pohon beringin yang menandakan usia Nabi Muhammad SAW.
12. Pasar Beringharjo
13. Kepatihan.


Sedangkan untuk halaman Kraton ke selatan maka yang kita lihat antara lain:
1. Regol Kemagangan
2. Bangsal Kemagangan
3. Regol Gadungmlati
4. Bangsal Kemandhungan
5. Regol Kemandhungan
6. Siti Hinggil
7. Alun-alun selatan
8. Krapyak
Komplek Kraton dikelilingi oleh tembok yang besar disebut beteng. Panjangnya 1 km berbentuk persegi, tingginya 3,5 km. lebarnya 3-4m.


Kraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1256 atau tahun jawa 1682, yang tertera dalam condrosengkolo memet di pintu gerbang Kemagangan dan di pintu gadingmlati, berupa dua ekor naga berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa Jawa: “ Dwi naga rasa tunggal”
Artinya: Dwi : 2
Naga : 8
Rasa : 6
Tunggal : 1
Dibaca dari belakang 1682. Warna naga hijau yang merupakan symbol pengharapan.
Disebelah luar pintu gerbang itu, di atas tembok kanan kiri ada hiasan yang terdiri dari 2 ekor naga bersiap-siap untuk mempertahankan diri. Dalam bahasa Jawa:”Dwi naga rasa wani”
Artinya: Dwi : 2
Naga : 8
Rasa : 6
Wani : 1
Jadi dibaca 1682, tahunnya sama, tetapi dekorasinya berbeda. Warna naga merah merupakan symbol keberanian karena di halaman Kemegangan ini dahulu diadakan latihan dan ujian beladiri antar calon prajurit-prajurit Kraton.
Pasukan Kraton Yogyakarta cukup kuat, ada 13 kesatuan prajurit Kraton yang meliputi Kesatuan Suroatmojo, Ketanggung, Patangpuluh, Wirobrojo, Jogokaryo, Nyutro, Dhaeng, Prawirotomo, Mantrijero, Langenstro, Surokarso, dan Bugis. Untuk mengenangnya, nama-nama tersebut dijadikan nama tempat disekitar Kraton.

Informasi penting tentang Kraton Yogyakarta
1. Jam buka
Setiap hari mulai pukul 08.30-13.00 WIB.
Khusus hari Jumat, Kraton buka pukul 08.30-11.00 WIB
2. Tiket Masuk
Wisatawan Domestik : Rp 3.000,00
Wisatawan Mancanegara : Rp 5.000,00
Ijin mengambil foto: Rp 1.000/ kamera
Ijin merekam: Rp 2.000/ handycame
3. Biaya Parkir
Sepeda : Rp 500,00
Sepeda motor: Rp 2.000,00
Mobil: Rp 5.000,00
Bus: Rp 15.000,00
4. Fasilitas
Alun-alun Utara dan Selatan
Siti Hinggil
Gedong Jene
Masjid Kauman
Museum Kereta
Museum Sultan Hamengku Buwono IX
Museum Lukis
Museum Kristal
Museum Cangkir
Seni pertunjukan (wayangan tiap hari Sabtu)
Perpustakaan/ Widya Budaya
Cendera mata dan oleh-oleh khas Jogja
5. Kegiatan
Pertunjukkan gamelan pada hari Senin dan Selasa pukul 10.00-12.00
Pertunjukkan wayang kulit tiap hari Sbtu pukul 09.00-13.00
Pertunjukkan Tari tiap hari Minggu dan Kamis pukul 09.00-12.00
Pembacaan puisi pada hari Jumat pukul 10.00-11.30
Pertunjukkan wayang golek pada hari Rabu pukul 09.00-12.00


3. PASAR BURUNG NGASEM
Setelah puas menikmati kunjungan wisata Kraton Yogyakarta, kami melanjutkan perjalanan wisata kami menuju Situs Taman Sari. Namun sebelum Taman Sari, dapat kita saksikan keramaian pasar tradisional yang mengutamakan perdagangan burung, yang dikenal dengan nama pasar burung Ngasem. Pasar ini tidak jauh dari Kraton, kurang lebih 400 m barat Kraton. Pasar ini sangat terkenal, sehingga dikenal juga oleh masyarakat di luar wilayah kecamatan Kraton.Pasar Ngasem menawarkan berbagai macam burung dengan keindahan kenampakan dan suaranya, serta kegiatan para pencintanya. Pasar ini adalah pasar burung tertua di Yogyakarta yang telah ada sejak tahun 1809. Letaknya yang tidak jauh dari Kraton agar para Bangsawan zaman dulu dapat cepat menjangkaunya. Para turis menyebutnya bird market karena areal perdagangan burung sepertiga dari luas pasar.
Areal perdagangan burung dapat dijumpai dengan berbelok ke kiri dari pintu masuk. Jenis burung yang paling laris adalah burung perkutut. Jenis lain yang juga laris adalah kutilang, kepodang, emprit, prenjak, jalak, dan parkit. Selain itu juga terdapat burung hantu dan burung elang. Pembeli tidak juga bisa mendapatkan sangkar, dan kandangnya dengan mudah di sana.
Pasar Ngasem sangat ramai, di sana pengunjung tidak hanya dapat menikmati keindahan burung saja, tetapi juga pertunjukan yang digelar oleh para pencinta burung. Misalnya adu kemerduan suara dan lomba terbang burung dara. Dari pertunjukan seperti iulah biasanya pembeli tertarik dan membeli burung. Penjual juga kadang mengajari melatih burung berkicau atau berbincang tentang pemeliharaan burung.
Selain burung, sebenarnya penyayang binatang juga dapat menemukan hewan piaraan kesukaannya seperti, ikan hias, ular, iguana, penyu, anjing, kucing, dll lenglak dengan perlenglapan pemeliharaannya. Namun , pasar ini memang sengaja difokuskan sebagai pasar burung karena masyarakat sudah mengenal pasar Ngasem sebagai pasar burung.
Letak pasar yang berhimpitan dengan Taman Sari dan Kraton telah memberikan keuntungan sendiri bagi pasar ini. Tak hanya [enggemar burung, turis-turis pun banyak yang menyempatkan diri untuk sekedar mampir dan melihat-lihat pasar Ngasem sebelum sampai ke Taman Sari. Pasar yang terletak di kampung Taman ini buka setiap hari pada pukul 09.00-16.00.
4. TAMAN SARI
Taman Sari atau Taman Sari Kraton Yogyakarta adalah situs berasal dari sebuah taman atau kebun istana Kraton Yogyakarta. Taman ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1758-1765/9. Taman yang terletak di sebelah barat Kraton ini memiliki luas lebih dari 10 hektar dengan 57 bangunan berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau buatan, pulau buatan dan lorong bawah air. Taman yang digunakan secara efektif antara tahun 1765-1812 (sebagai tempat pemandian putri raja) ini dulu membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun, sekarang yang dapat dilihat hanya yang berada di sebelah barat daya kompleks Kedhaton saja.
Konon, Taman Sari dibangun pada bekas Kraton lama, Pesanggrahan Garjitawati. Sebagai pemimpin proyek pembangunan Taman Sari adalah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun. Tumenggung Prawirosentiko, yang kemudian Madiun dibebaskan dari pajak.
Kompleks Taman Sari dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Bagian Pertama
Bagian Pertama merupakan bagian utama Taman Sari pada masanya. Saat itu, tempat ini merupakan tempat yang paling eksotis. Bagian ini terdiri dari danau buatan yang disebut “ Segaran” (laut buatan) serta bangunan yang ada di tengahnya, dan bangunan serta taman yang berada di sekitar danau buatan tersebut. Di samping untuk memelihara berbagai jenis ikan, danau buatan ini juga digunakan sebagai tempat bersampan Keluarga Kerajaan. Namun, sekarang danau buatan ini tidak lagi berisi air melainkan telah menjadi pemukiman padat yang dikenal dengan kampung Taman.
Di tengah-tengah Segaran, terdapat sebuah pulau buatan bernama “Pulau Kenongo”, yang ditanami pohon kenanga (Kananga odorantum) dan didirikan gedung berlantai dua, yang juga dinamakan “Gedhong Kenongo” yang tingginya bias untuk melihat Kraton Yogyakarta dan sekitarnya sampai ke luar benteng Baluwarti. Konon, gedung ini seperti mengambang di atas air. Olejh karena itu, disebut juga dengan nama “Istana air” (Chateau d’eau). Namun, saat ini yang tersisa hanya puing-puing bangunannya saja. Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat deretan bangunan kecil yang disebut dengan “Tajug”. Bangunan ini merupakan menara ventilasi udara bagi terowongan bawah air. Terowongan ini merupakan jalan menuju Pulo Kenongo selain menggunakan sampan.
Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat sebuah pulau buatan lagi yang disebut dengan “Pulo Cemethi”. Bangunan berlantai dua ini juga disebut dengan “Pulo Panembung”. Di tempat inilah, konon Sultan bermeditasi. Ada juga yang menyebutnya dengan “Sumur Gumantung”. Bangunan ini hanya dapat dimasuki lewat terowongan bawah air saja. Sumur Gumuling secara tradisional, konon digunakan sebagai masjid dan dibagian tengahnya terdapat empat buah jenjang yang dibawahnya, konon digunakan sebagai tempat berwudhu.
2. Bagian Kedua
Bagian kedua yang terletak di sebelah selatan danau buatan Segaran merupakan bagian relative paling utuh disbanding dengan bagian lainnya. Bagian yang tetap terpelihara adalah bangunan, sedangkan taman dan kebun di bagian ini tidak tersisa lagi. Bagian ini merupakan bagian yang paling banyak dikunjungi oeh wisatawan saat ini. Di bagian inni terdapat Gedhong Gapura Hageng, Gedhong Lopak-lopak, Umbul Pasiraman, Gedhong Sekawan, Gedhong Gapura Panggung dan Gedhong Temanten.
Gedhong Gapura Hageng merupakan pintu gerbang utama taman raja-raja pada zamannya. Gerbang ini terdapat di bagian paling barat dari Taman Sari. Sisi timur dari pintu utama ini masih bias disaksikan, sedangkan sisi baratnya tertutup oleh pemukiman penduduk. Gerbang ini berhiaskan relief burung dan bunga-bunga yang menunjukkan tahun selesainya pembangunan Taman Sari pada tahun 1691 Jawa atau 1765 M.
Gedhong Lopak-lopak (versi lain menyebutnya gopok-gopok) dahulu berada di sebelah timur gerbang utama Taman Sari yang berada di tenga halaman berbentuk segi delapan. Sekarang gedung ini tidak bias dilihat lagi dan hanya tersisa deretan pot bunga raksasa serta pintu-pintu yang menghubungkan tempat ini dengan yang lainnya. Salah satu pintunya menghubungkan dengan Umbul Binangun.
Umbul Pasiraman atau disebut juga dengan Umbul Binangun merupakan kolam pemandian bagi Sultan, para istri beliau, serta para putrid-putri Sultan. Kompleks ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Untuk sampai ke kola mini bias melalui dua gerbang di sisi timur dan barat. Di kompleks ini terdapat tiga kolam yang dihiasi dengan mata air berbentuk jamur. Disekeliling kola mini dapat kita temukan pot-pot raksasa. Selain itu juga terdapat bangunan di sebelah utara, tengah dan selatan. Bnagunan di sisi utara sebagai tempat beristirahat dan berganti pakaian bagi para putrid dan istri Sultan. Di sebelah selatannya terdapat sebuah kolam yang disebut dengan “Umbul Muncar” Sebuah jalan mirip dermaga menjadi batas antara kolam dengan sebuah kolam di selatannya yang disebut dengan “ Blumbang Kuras”. Diselatan Blumbang tersebeut terdapat bangunan sebagau tempat istirahat dan berganti pakaian bagi Sultan. Menara di bagian tengah, konon digunakan Sultan untuk melihat istri dan putrid-putrinya yang sedang mandi. Di bagian selatan bangunan terdapat kolam yang disebut dengan “Umbul Binangun” yang merupakan tempat pemandian bagi Sultan dan Permaisurinya saja. Konon, pada zamannya, hanyalah para perempuan yang diizinkan untuk masuk ke kompleks ini.
Gedhong Sekawan (empat gedung) terdapat di sisi timur Umbul Pasiraman yang berada tepat di tengah halaman yang berbentuk segi delapan yang berhiaskan pot-pot bunga raksasa. Tempat ini digunakan sebagai tempat beristirahat bagi Sultan dan keluarganya. Di setiap sisi halaman terdapat pintu yang menghubungkan dengan halaman lain.
Gedhong Gapuro Panggung terdapat pada sebelah sisi timur halaman bersegi delapan. Bangunan ini memiliki empat jenjang dan dulunya terdapat empat patung ular naga yang sekarang hanya tersisa dua naga saja. Gedung ini melambangkan tahun dibangunnya Taman Sari yaitu 1684 Jawa atau 1758 M. Bangunan ini juga berhiaskan seperti relief pada Gedhong Gapura Hageng. Sisi timur bangunan ini sekarang merupakan pintu masuk ke situs Taman Sari.
Gedhong Temanten terdapat di sebelah tenggara dan timur laut Gerbang Gapura Panggung. Bangunan ini dulu merupakan tempat penjaga keamanan dan beristirahat.

3. Bagian Ketiga
Di bagian ini, tidak banyak meninggalkan bekas yang dapat dilihat. Konon, dulu bangunan ini meliputi kompleks “ Pasarean Dalem Ledok Sari” dan kompleks “Garjitawati” serta beberapa bangunan lain dan taman. Pasarean Dalem Ledok Sari merupakan sisa dari bagian ketiga yang tetap terjaga. Pasarean ini konon merupakan tempat peraduan Sultan dengan permaisurinya. Versi lain mengatakan sebagai tempat meditasi Sultan. Bangunannya seperti huruf U. Di tengah, terdapat tempat tidur Sultan yang diwahnya mengalir air. Di barat, dulunya terdapat kompleks kolam Garjitawati.
4. Bagian Keempat
Bagian terakhir ini merupakan bagian Taman Sari yang tidak tersisa lagi kecuali bekas jembatan gantung dan sisa dermaga. Konon, bagian ini terdiri dari sebuah danau buatan beserta bangunan di tengahnya, taman di sekitar danau buatan, kanal besar yang menghubungkan danau buatan ini dengan danau buatan di bagian pertama, serta sebuah kebun. Danau buatan ini terletak di sebelah tenggara kompleks Magangan sampai timur laut Siti Hinggil Kidul. Di tengahnya terdapat pulau buatan yang konon disebut “ Pulo Kinupeng”.
Menurut cerita, ada dua versi tentang pemvangunan Peasanggrahan Taman Sari.
Versi Pertama, diceritakan bahwa di daerah Mancingan ada seorang yang aneh yang tidak diketahui asal-usulnya. Masyarakat berangapan bahwa orang tersebut adalah bangsa jin atau penghuni hutan karena tidak mengerti bahasa yang diuucapkan. Kemudian orang aneh tersebut dihadapkan pada Sultan dan dijadikan abdi. Akhirnya orang tersebut dapat berbahasa Jawa, kemudian ia menyebutkan bahwa dirinya berasal dari Portugis. Orang Portugis tersebut diserahi tugas mengepalai pembuatan bangunan (arsitek). Setelah Sultan Hamengku Buwono II merasa puas dengan hasil pembangunan benteng, ia kemudian diberi kedudukan sebagai Demang, yang dikenal dengan nama Demang Tegis. Kemudian ia lah yang konon diperintahkan Sultan untuk membangun Taman Sari, sehingga terlihat bangunan Taman Sari mengandung unsur seni bangunan Eropa (Portugis).
Versi kedua mengatakan bahwa Sultan mengabulkan permintaan Bupati Madiun agar lepas dari kewajiban membayar pajak dengan syarat membangunkan sebuah taman untk kelengkapan dan kemegahan Kraton. Sulatan menghendaki hal demikian karena baru saja menyelesaikan tugas berat (perang). Keluarnya perintah Sultan ditandai dengan sengkalan Catur Naga Rasa Tunggal (1684) yang merupakan tahun berdirinya Taman Sari. Pembangunan ini dikepalai oleh K.P.H Nata Kusumo, ayng kemudian bergelar K.G.P.A.A. Paku Alam I. diceritakan bahwa Raden Rangga Prasentika todak dapat menyelesaikan pembangunan Pesanggrahan TamanSari. Beliau menyatakan bahwa pembangunan tersebut justru dirasa lebih besar dibandingkan dengan penyampaian pajak yang selama ini dilakukannya. Kemudian Beliau mohon berhenti pada Sultan, dan disetujuinya. Sultan kemudian memerintahkan kepada K.P.H Natakusuma untuk menyelesaikan pembangunan itu atas biaya yang ditanggung Sultan sendiri.
Bangunan Taman sari memiliki 36 bagian bangunan penting dengan berbagai nama dan fungsinya. Secara umum dapat kita lihat bagian-bagian Taman Sari adalah sebagai berikut:
1. Bagian Sakral yang ditunjukkan dengan bangunan yang agak menyendiri. Ruangan ini terdiri dari sebuah bangunan yang beerfungsi sebagai tempat istirahat Sultan dan keluarganya.
2. Bagian Kolam Pemandian, merupakan bagian yang digunakan Sultan untuk bersenang-senang. Bangunan ini terdiri dari dua kolam yang dipisahkan oleh bangunan bertingkat. Air kolam keluar dari pancuran berbentuk binatang yang khas dan sangat unik dengan pot-pot bunga raksasa yang menghiasinya.
3. Bagian Pulau Kenanga, yaitu terdiri dari beberapa bangunan seperti Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti, Sumur Gemuling, dan lorong-lorong bawah tanah. Pulau Kenanga adalah bangunan tinggi yang berfungsi sebagai tempat istirahat sekaligus tempat pengintaian.

Informasi penting tentang Kraton Yogyakarta
Jam buka
Setiap hari mulai pukul 08.30-13.00 WIB.
Khusus hari Jumat, Kraton buka pukul 08.30-11.00 WIB
Tiket Masuk
Wisatawan Domestik : Rp 2.000,00
Wisatawan Mancanegara : Rp 5.000,00
Biaya Parkir
Sepeda : Rp 500,00
Sepeda motor: Rp 2.000,00
Mobil: Rp 5.000,00
Bus : Rp 15.000,00
(Parkir biasanya di kompleks parkir Kraton karena hanya 0.5 km dari Kraton)

5. Kerajinan Wayang
Wayang kulit sebagai salah satu ikonn budaya Jawa bukan hanya sebagai sebuah pertunjukan saja. Banyak penggemar wayang atau kolektor benda-benda etnik yang tidak hanya puas dengan menonton saja, tetapi membelinya sebagai suatu kebanggaan. Hampir di setiap sudut Jogja, dapat kita temukan berbagai bentuk wayang yang dipajang di netalase atau dipinggir jalan Malioboro. Sebagian wisataman terutama turis asing lebih suka membelinya sebagai oleh-oleh khas Jogja.
Mengunjungi salah satu dari pusat pengrajin wayang di Yogyakarta merupakan pengalaman tersendiri yang tentu akan menambah pengetahuan tentang kebudayaaan asli Indonesia berupa wayang. Melihat sebuah rumah produksi wayang yang terletak sebelah barat Alun-alun Kidul, kami pun turun dan segera menyambangi rumah yang dipenuhi dengan berbagai wayang dan topeng. Ada ratusan wayang dan topeng yang terpajang rapi di ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang pameran hasil kerajinan wayang kulit, wayang golek dan lukisan wayang. Sayangnya, kami belum bisa melihat secara langsung proses pembuatan wayang karena merupakan hari libur. Namun, kami tetap mendapat penjelasan tentang bagaimana proses pembuatan wayang.
Di Yogyakarta, wayang yang paling terkenal adalah wayang kulit atau wayang purwa. Wayang ini dibuat dari kulit lembu atau kulit kerbau. Proses pembuatan wayang kulit secara umum meliputi beberapa tahap, yaitu dimulai dengan penyiapan kulit yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan wayang kulit, kemudian membuat corekan atau semacam sketsa bentuk gambar tokoh wayang yang akan dibuat, dilanjutkan dengan menatah wayang, menyungging wayang, dan tahap terakhir adalah memasang cempurit. Adapun peralatan yang digunakan dalam pembuatan wayang yaitu:
1. Pandukan, ialah landasan tatah yang terbuat dari kayu (kayu serambi, trenggulun, atau kayu sawo).
2. Tindih, logam terbuat dari kuningan untuk menekan kulit yang sedang ditatah agar kulit tidak bergeser.
3. Tatah, alat utama untuk membentuk tokoh wayang.
4. Ganden, semacam palu dari kayu untuk memukul tatah
5. Peralatan untuk menggambar tokoh wayang.

Pertunjukkan wayang, diatur dan dijalankan oleh seorang Dalang yang menggerakkan dan mengisi suara-suara tokoh dalam perwayangan tersebut Pertunjukan wayang ini biasanya mengambil cerita dari isah Ramayana, Mahabarata, serat Menak, Punakawan dll. Kesenian ini menggunakan sebuah layar besar dan lakonan wayang tersebut dimainkan di balik layar putih yang dinamakan kelir. Pada awalnya, pertunjukan wayang menggunakan lampu minmyak atau blanchu untuk memunculkan bayang-bayang pada layar yang sekarang digantikan dengan spotlight.

6. Pusat Batik “JONGGRANG”
Perjalanan wisata kota, kami lanjutkan menuju salah satu sentra kerajinan batik yang terkenal di Yogyakarta yaitu Jonggrang. Jonggrang adalah sebuah toko batik yang juga memproduksi sendiri batiknnya, terletak di Tirtodipuran. Di sana dapat kita lihat segala macam batik dengan harga yang bervariasi, dari batik kain, batik sutra, batik tulis, batik cap dll. Melihat kenyataan bahwa kualitas juga mempengaruhi harga, tak heran jika kita malah melihat para turis asing sebagai pembelinya. Saya sempat tercengang saat melihat label harga krudung batik dari sutra yang tertera adalah Rp 230.000,00. Dan masih banyak lagi batik-batik indah menawan dengan harga yang mampu dibayar oleh orang menengah atas.
Di belakang toko tempat memamerkan batik-batiknya, kita dapat masuk untuk melihat proses pembuatan batik secara langsung, baik tulis maupun batik cap. Proses pembuatan batik ternyata sangat rumit dengan melalui berbagai proses yang harus dilakukan. Sehelai kain batik cap dapat memakan waktu sekitar 2 minggu kalau prosesnya lancer, sedangkan batik tulis lebih lama, tergantung juga pada tingkat kerumitan motifnya,paling tidak waktu sebulan habis untuk menghasilkan batik tulis bagus dengan motif yang menawan.
Secara umum, proses pembuatan batik melalui tiga tahap, yaitu:
a. Penempelan lilin batik pada kain baik secara tulis menggunakan canting, cap ataupun kuas. Lilin berfungsi sebagai penutup terhadap warna yang akan diberikan pada kain tersebut.
b. Pemberian warna. Proses ini dapat dilakukan dengan teknik celupan (deying) atau coletan (painting). Pemberian warna dilakukan tanpa pemanasan dan warna tidak hilang pada waktu penghilangan lilin batik.
c. Menghilangkan kembali lilin batik dari kain, proses ini dapat dilakukan dengan di kerok (dikerik) atau secara lorodan.

Untuk lebih detailnya tentang proses pembuatan batik di mulai dari pembuatan motif. Proses pembuatan motif ini dimulai ketika seluruh bahan, terutama kain mori telah dipersiapkan. Pembuatan motif ini dilakukan dengan menempelkan bahan utama lilin atau disebut juga malam pada kain yang tidak diberi warna. Bila ingin batik tulis maka menggunakan alat bantu ang dinamakan canting, sedangkan batik cap menggunakan cap batik yang telah didesain sesuai yang diinginkan.
Proses dilajutkan dengan mewarnai kain. Caranya, kain yang telah diberi motif dicelupkan pada dalam ember yang berisi zat warna. Banyak para pembatik masih menggunakan pewarna alami yang terbuat dari bahan alam tertentu dan ada pula yang telah menggunakan bahan pewarna sintetik.
Usai mewarnai, proses ini dilanjutkan dengan nglorot malam, atau melarutkan malam yang melekat di kain dengan air mendidih yang dicampur dengan abu soda. Kemudian, kain dicelupkan hingga seluruh lilin larut dalam air. Bila lilin belum larut, maka harus dibersihkan dulu setelah proses pelorotan selesai.
Tahap akhir adalah pencucian. Bila menggunakan pewrna alami, maka pencuciannya tidak bisa menggunakan detergen karena bisa merusak warna. Setelah dicuci, kain dijemur dengan cara diangin-anginkan agar warna tidak pudar. Setelah dijemut inilahkita dapat melihat perbedaan batik yang diwarnai dengan pewarna alami akan terlihat lebih kusam.
Tak hanya mendapat pengetahuan tentang batik saja,kami pun mencoba memegang peralatan batik dan membayangkan seolah-olah membatik sungguhan. Sangat dituhkan keterampilan, ketekunan, kecermatan dan kesabaran yang tinggi untuk menghasilkan batik kualitas super, sehingga dibutuhkan penghargaan tinggi untuk mewarisi bati sebagai budaya asli yang luhur.

7. Kerajinan Perak
Kita tidak bisa memungkiri lagi bahwa jika teringat akan kerajinan perak,maka pikiran kita terlintas pada Kotagede sebagai sentra pengrajin perak terkenal baikdi Yogyakarta maupun di Indonesia, melebihi Bali, Lombok, dan Kendari. Beragam kerajinan perak yang diolah menjadi beragam perhiasan dan peralatan bermacam-macam bentuk yang dihasilkan dari Kotagede yang berkarak sekitar 10 km dari pusat Yogyakarta. Sejak tahun 70’an, kerajinan perak produksi Kotagede telah diminati wisatawan domestic dan mancanegara.
Maksud hati ingin melihat proses pembuatan perak secara langsung ke Kotagede, tapi kami hanya sampai pada Borobudur Silver yang terletak di sebelah timur Jonggrang. Tepatnya di jalan Ir Sumpeno. Borobudur Silver adalah toko besar yang menjual kerajinan perak sekaligus produksi perak juga.
Di Borobudur Silver, kita juga melihat proses pembuatan perak secara langsung. Bahan-bahan utama yang diperlukan yaitu: perak murni, buah perekat, buah klerek, penghitam khusus untuk perak.
Perak dan tembaga dilebur sampai keduanya menyatu dan membentuk balok perak. Kemudian balok perak dimasukkan ke mesin penggiling agar tebalnya sesuai dengan yang diinginkan. Bentuk model dasar yang diinginkan pada perakmenggunakan pensil dan potong-potong sesuai dengan desain yang dibuat semisal cincin, kalung, giwang, gelang, bross, peralatan, dll. Bisa dihias dengan kawat perak sebagai dekorasi yang menawan. Seperti yang diperlihatkan pada kami, yaitu kawat perak yang di buat bola-bola, atau lingkaran. Langkah selanjutnya, perak di patri agar merekat dengan sempurna. Setela itu, perak direbus dengan buah klerek untuk membersihkannya. Untuk mengubah warnanya agar menjadi hitam, bubuhi penghitam saat direbus. Tahap finishing adalah perak harus dipolish dengan hati-hati agar mengkilap. Permata atau batu-batu hiasan dimasukkan setelah perak dipolish.
Berwisata ke Yogyakarta belumlah terasa lengkap jika tidak membawa buah tangan khas dari Yogyakarta seperti perhiasan perak, kain batik, wayang, dan produk-produk kerajinan khas lainnya.

Minggu, 25 April 2010

Jogja Never Ending Asia

Natiqotul Muniroh 25 Maret 2009
07204241003
Le Français du Tourisme I

Yogyakarta dan Dunia Pariwisatanya
Yogyakarta adalah sebuah daerah otonom setingkat propinsi, satu dari 33 propinsi di Indonesia. Propinsi ini beribukota di Yogyakarta, sebuah kota yang kaya dengan predikat seperti kota budaya, kota pelajar, kota perjuangan, dan terutama kota pariwisata.
Menurut Babat Giyanti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama yang diberikan Sultan Paku Buwono II (Raja Mataram tahun 1719-1727) sebagai nama pengganti pesanggrahan Gartitawati. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur. Sedangkan Ngyogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan paling utama.
Disamping predikat-predikat di atas, sejarah dan status Yogyakarta merupakan hal menarik untuk disimak. Status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runtutan sejarah Yogyakarta dari awal berdirinya hingga setelah kemerdekaan Indonesia. Letak wilayah ini berada di tengah pulau Jawa bagian selatan. Secara astronomi, daerah ini terletak di antara 7033’ LS – 8012’ LS. Secara administratif Yogyakarta berbatasan dengan Kabupaten Magelang (sebelah barat laut), Kabupaten Klaten (sebelah timur), Kabupaten Wonogiri (sebelah tenggara), Samodra Hindia yang dikenal dengan pantai Selatan (sebelah selatan) dan Kabupaten Purworejo (sebelah barat). Luas keseluruhan wilayah DIY sekitar 3.185,80 km2.
Yogyakarta: Kota Budaya dan Kota Pariwisata
Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan Mataram Islam, Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman. Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan dengan peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan tersebut yang sampai kini tetap lestari. Sebutan ini berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya.
Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata kedua terbesar setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata, sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, dan wisata religi.
Secara lebih terperinci, obyek-obyek tersebut digolongkan dalam tiga kategori, (1) Obyek Wisata Alam, yang berupa obyek wisata pantai, pegunungan, dan goa, (2) Obyek Wisata Sejarah, yang berupa peninggalan sejarah kerajaan, petilasan, pemakaman, candi, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, Kraton Yogyakarta, Tamansari, Makam Imogiri (makam raja-raja Mataram); Candi Prambanan, Candi Kalasan, Petilasan Ratu Boko, dan lain-lain, (3) Obyek Wisata Budaya, yaitu berupa obyek budaya publik yang sampai kini masih terpelihara, baik yang berujud kesenian maupun adat istiadat, seperti Sendratari Ramayana, Wayang Kulit, Wayang Golek, Sekaten, Grebeg Maulud, Grebeg Syawal, Grebeg Besar dan labuhan.
Sebagai landmark kota Yogyakarta adalah tugu Yogyakarta yang merupakan tugu atau menara yang sering dipakai sebagai simbol atau lambang kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I, pendiri Kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jl. Sudirman dan Jl. Mangkubumi ini mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis magis yang menghubung laut selatan, kraton,Yogya dan gunung merapi. Tugu ini sekarang merupakan salah satu obyek pariwisata Yogya yang sering dikenal dengan sebutan tugu pal putih. Dari Kraton kalau menghadap ke arah utara, kita akan menemukan bahwa jalan Malioboro, Jl.Mangkubumi, tugu dan Jl. Monjali akan membentuk satu garis lurus dengan puncak gunung merapi.
Daftar Obyek Wisata di Yogyakarta antara lain:
1. Obyek Wisata Alam
o Bantul
Goa Selarong, Pantai Pandansimo, Pantai Pandanpayung, Pantai Samas, Gunung Pasirlanang, Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Parangwedang.
o Kulonprogo
Goa Kiskendo, Pegunungan Samigaluh, Gunung Gajah, Sendangsono, Pantai Congot, Pantai Pasir Mendit, Pantai Dukuh Bayeman, Pantai Palihan, Pantai Glagah, Pantai Dukuh Trukan, Pantai Pandan Segegek
o GunungKidul
Goa Girijati, Goa Langse, Goa Grengseng, Goa Ngluaran, Goa Parang Kencono, Pemandangan Ereng, Gunung Batur, Gunung Gambar, Lokasi Olahraga Layang Gantung (bukit Kecamatan Pathuk dan Kecamatan Panggang); Hutan pendidikan Wabagama, Hutan Bunder, Pantai Langkap, Pantai Butuh, pantai Baron, Pantai Slili, Pantai Krakal, Pantai Sungap, Pantai Wediombo, Pantai Sadeng, Pantai Ngongap
o Sleman
Lereng Gunung Merapi
2. Obyek Wisata Buatan
o KotamadyaYogyakarta
Benteng Vrederburg, peninggalan-peninggalan kraton seperti Panggung Krapyak, Kraton Pakualaman, Makam Kotagede
o Bantul
Makam Imogiri
o GunungKidul
Situs Sokoliman, Situs Mangunan, Situs Beji, Situs Ngluweng, Candirejo, Candi Risan
o Kabupaten Sleman
Candi Gebang, Candi Sambisari, Candi Banyunibo, Petilasan Ratu Boko, Candisari Sokogedhug, Candi Ijo, Candi Prambanan, Candi Kalasan
3. Kesenian dan Tradisi
o KotamadyaYogyakarta
Wayang kulit, wayang golek, wayang klitik, wayang wong, kesenian tari, tari klasik, tari modern, seni Tayub, Ketoprak, Serandul, upacara siraman pusaka kraton, upacara Sekaten, kuda lumping
o Bantul
Obyek wisata kesenian dan tradisi Jathilan, Gejok Lesung, Kethoprak, upacara Rebo Wekasan, upacara Kupatan Jolosutro, upacara labuhan
o Kabupaten Kulonprogo
Upacara adat Labuhan (oleh keluarga Pakualaman), angguk
o Gunungkidul
Jathilan, Gejog Lesung, Reyok, Kethoprak, Upacara Rebo Wekasan, upacara Kupaten Jolosutro, upacara Labuhan, upacara Bersih Telaga
o Sleman
Jathilan, Badui, Wayang Kulit
4. Peninggalan Sejarah Perjuangan dan Monumen
Petilasan Sunan Kalijogo, Petilasan Ki Ageng Pemanahan, Monumen Gelaran, Monumen Stasiun Radio AURI, Rute Gerilya Jendral Sudirman, Makam Nyi Ageng Serang, Makam Girigondo, Monumen Yogya Kembali.
5. Museum
Museum Sonobudoyo, Museum Pangeran Diponegoro Wirotomo, Museum Angkatan Darat, Museum Perjuangan, Museum Biologi UGM, Museum Khusus Dirgantara, Museum Dewantoro Kirti Griya, Museum Affandi, Museum Kraton, Benteng Vrederburg.
Referensi: Brosur pariwisata kota Yogyakarta, buku Memperingati Ultah Yogyakarta ke-250, situs http://www.indonesia.go.id/id/index yang diakses tanggal 20 Maret 2009.

Selasa, 20 April 2010

contoh Laporan wawancara ke SD K Mangunan

Untuk membuat sebuah laporan wawancara sebagai tugas mata kuliah Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Perancis, saya memilih judul “Deskripsi Pengajaran Bahasa Inggris di SD Mangunan”. Adapun alasannya adalah karena di SD Mangunan memiliki model pengajaran yang khas dibanding SD lainnya dimana pengajaran yang berdasarkan pada anak benar-benar diterapkan. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan pengajaran bahasa Inggris di SD Mangunan, dan menambah wawasan tentang ilmu pengajaran bahasa, khususnya pengajaran bahasa asing.
Obyek wawancara : Kartika (Guru bahasa Inggris di SD K E Mangunan)
Tanggal wawancara : 08-10 Oktober 2008
Tempat : SD K E Mangunan di desa Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta
Pedoman wawancara : Wawancara semi terstruktur
Intrumen : pewawancara, pedoman wawancara (interview guide) dan alat tulis
Hasil wawancara : Transkrip wawancara dan pembahasan

Transkrip wawancara :
P : Bahasa Inggris di SD K E Mangunan diberikan pada kelas berapa?
J : Kelas I-VI karena di TK sekarang sudah dikenalkan bahasa Inggris.
P : Pengajaran bahasa Inggris tersebut dilakukan oleh guru kelas atau guru bidang studi?
J : Untuk bahasa Inggris, pengajarnya adalah guru bidang study agar lebih fokus dengan penyampaian materinya.
P : Berapa alokasi waktu untuk pengajaran bahasa Inggris di SD K E Mangunan?
J : Dalam seminggu tiap kelas mendapat satu kali pertemuan. Dalam satu kali pertemuan terdapat 3x 3 jam pelajaran (JP) yang tiap JPnya adalah 35 menit.
P : Apakah alokasi waktu tersebut sudah cukup untuk menyampaikan target materi?
J : Saya pribadi untuk harus menyelesaikan materi dalam 1x pertemuan sebenarnya sangat kurang karena system pengajaran di sini berpusat pada anak apalagi siswa di sini memiliki latar belakang yang berbeda. Jadi setiap materi harus tersampaikan pada seluruh anak dan itu memerlukan proses yang lama dan kesabaran. Namun, secara keseluruhan materi dapat tersampaikan semua.
P : Materi apa yang diberikan pada siswa?
J : Materi yang disampaikan berupa pengetahuan dan keterampilan bahasa Inggris. Untuk pengetahuan, saya membuatkan tema-tema yang berhubungan dengan anak sehingga anak dapat menemukannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya: About me, Our school, City, dsb. Sedangkan untuk keterampilan bahasa Inggris saya arahkan pada kemampuan speaking, reading, listening dan writing. Namun, yang lebih saya tekankan adalah keterampilan berbicara dan penguasaan vocabulary yang banyak.Diharapkan anak dapat menggunakan bahasa Inggris sebagai komunikasi sehingga tidak minder.
P : Bagaimana dengan tulisan anak, apakah sudah benar?
J : Kesalahan jelas ada, tapi yang tidak begitu saya permasalahkan walau tetap ada pembetulan dari saya. Anak SD belum ditekankan pada grammernya agar tidak terlalu bingung. Penulisan kata dan kalimat dalam bahasa Inggris yang salah harus ada pembetulan. Penulisan kata dan kalimat sederhana digunakan sebagai persiapan mereka berbicara. Untuk kaidah penulisan saya sudah ketat, misalnya penulisan “I”, nama orang dan nama kota harus memakai huruf kapital. Untuk semester depan saya ingin mencoba menambah dengan spelling.
P : Metode apa yang digunakan dalam pengajaran bahasa Inggris di sini?
J : bahasa Inggris dan pelajaran lain di sini menggunakan metode apa saja yang penting pembelajaran yang dapat memekarkan daya kemampuan anak. Pembelajaran di sini dibuat senyaman mungkin bagi anak karena pembelajaran berpusat pada anak. Anak sebagai murid sekaligus menjadi guru, sedangkan guru adalah teman mereka belajar. Bahkan, kita tidak menggunakan buku paket atau buku pegangan, anak-anak dapat menggunakan buku-buku di perpustakaan atau dimanapun.
P : Jadi bagaimana teknik pengajarannya?
J : Teknik pengajarannya menyesuaikan karakter anak SD yang masih suka bermain. Jadi saya lebih banyak menggunakan model permainan saat menyampaikan materi, misalnya: permainan kartu, games computer, performance (drama), menonton film, mendengarkan kaset (lagu, percakapan atau soal-soal bahasa Inggris). Mereka bisa belajar dari sumber manapun dan media apapun. Saya sangat menekankan penggunaan kamus, jika anak bertanya suatu arti, silakan cari di kamus dulu.
P : Media apa saja yang selama ini Ibu gunakan?
J : Media yang saya gunakan biasanya kartu-kartu permainan yang saya buat atau anak sendiri yang buat. Selain itu da gambar, angka, games computer, pocket story, buku cerita, buku bacaan di perpus, CD film, CD lagu,kaset dan benda-benda yang lain. Untuk pengajaran bahasa Inggris di SD seharusnya banyak menggunakan banyak media. Oleh sebab itu, saya masih bereksplorasi menemukan media dan model pengajaran yang baru.
P : Apakah sudah efektif metode, model, dan media yang sudah digunakan?
J : Sudah efektif untuk anak-anak sini, mereka merasa senang belajar di sini.
P : Bagaimana partisipasi anak dalam proses pengajaran bahasa Inggris?
J : semua siswa cukup aktif . Mereka tidak ada yang tinggal diam saat di kelas.
P : Seperti yang Anda katakana bahwa guru adalah teman anak belajar. Apa maksudnya dan bagaimana Anda dalam menghadapi anak didik sebagai teman?
J : Saya khususnya dan guru-guru yang lain dituntut untuk bisa dekat dengan anak, bersabar menghadapi anak, sebisa mungkin untuk tidak marah dan tidak memukul murid.
P : Hal itu sebenarnya sama hubungan guru-murid di SD pada umunyal, tapi saya melihat di sini hubungan murid-guru sangat akrab ?
J : Karena saya dan teman-teman guru terbiasa tidak gengsi dengan murid. Jika suatu kali ada murid protes atau menegur kesalahan saat saya menyampaikan materi, kita harus bisa menerimanya dengan terbuka. Murid juga sebagai guru bagi guruya.
P : Jika anak senang dengan gurunya, tentu anak akan senang untuk belajar. Apakah masih ada kendala yang dihadapi?
J : Tidak memiliki buku pegangan sehingga guru harus bekerja lebih ekstra dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Kendala yang paling utama adalah latar belakang siwa yang berbeda. Sebagian dari mereka adalah warga sekitar sekolah, anak pindahan dan anak autis. Sehingga kita harus pandai-pandai menjembatani murid yang cepat menangkap materi dengan yang lambat.
P : Jadi bagaimana solusi agar mereka tetap sama-sama belajar dengan nyaman?
J : Kita fleksibel saja, mereka diarahkan agar dapat belajar dimanapun, dengan sumber apapun dan dengan media apa pun. Jadi siswa juga belajar sendiri unruk mencari tahu, bisa di perpustakaan, di rumah, les privat atau bertanya pada siapapun. Agar suasana kelas tetap terkondisi, siswa tidak boleh sampai ada yang mengganggur. Saya memberi tugas tambahan bagi yang sudah selesai agar tidak mengganggu yang belum selesai.
P : Bagaimana dengan system penilaian yang digunakan?
J : SD ini menggunakan dua system penilaian, yaitu penilaian raport dan penilaian deskriptif. Penilaian raport berisi nilai siswa dengan angka, sedangkan penilaian deskriptif yaitu memberikan penilaian dengan keterangan mengapa anak tersebut mendapat nilai 7 misalnya.
P : Bagaimana prestasi siswa yang berhubungan dengan bahasa Inggris khususnya?
J : Sekolah ini jarang sekali mengikuti lomba, pernah dua kali tetapi belum menang. Prestasi yang dicapai di sini adalah jika anak mempunyai keinginan untuk belajar dan dapat menggunakan kemampuan yang di dapat dalam kehidupannya. Misalnya seorang anak sudah memiliki prononciation yang sudah baik, maka bagi saya hal tersebut merupakan prestasi anak yang harus dihargai.

Pembahahasan:
Dari transkrip wawancara yang saya di atas, saya dapat memeroleh informasi tentang siswa, guru, subyek materi, metode dan teknik, serta media pengajaran yang merupakan komponen-komponen pengajaran.
• Siswa.
Siswa merupakan subyek dan obek pengajaran. Dengan kata lain, siswa adalah pusat dari kegiatan pengajaran itu sendiri. Itulah yang sangat dijunjung dalam proses pengajaran bahasa Inggris di SD K E Mangunan. Pengajaran tersebut disesuaikan dengan kondisi siswa yang mempunyai latar belakang berbeda dan daya tangkap yang berbeda pula. Siswa di SD tersebut terdiri dari anak warga sekitar yang merupakan golongan ekonomi menengah ke bawah, anak orang kaya, anak jalanan, dan anak berkebutuhan khusus (autis). Maka penekanan pengajaran bahasa Inggris di sini menekankan pada kemampuan siswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi sehingga siswa dapat mengembangkan diri melalui keterampilan bahasa yang dimilikinya.
• Guru
Guru adalah kunci utama pada kegiatan pengajaran. Guru bahasa Inggris SD Mangunan menempatkan dirinya sebagai teman dari siswanya. Ia merasa mempunyai tugas untuk membantu siswanya belajar dengan menyenangkan, bukan dengan indoktrinasi guru. Melainkan guru adalah bagian dari siswanya yang bersama-sama belajar, bereksplorasi, berkreatifitas dan menjadi kesatuan yang utuh. Seperti pendapat YB Mangunwijaya (pendiri SD K E Mangunan) bahwa guru harus mempunyai prinsip ajrih-asih. Seperti yang diterangkan oleh Ibu Kartika, ajrih asih yang dimaksud adalah guru bersikap lembut pada siswa, tidak boleh marah, mengatai siswa, atau memukul siswa. Akan tetapi guru harus menyejajarkan dengan siswa, sehingga guru akrab dengan siswanya. Namun, guru tetap harus tegas. Guru harus tetap mempertahankan agar siswa dapat sopan dan hormat dengan guru. Jadi terbentuk keseimbangan kedisiplinan dan keakraban. Guru yang baik adalah guru yang juga memposisikan siswanya sebagai guru. Maksudnya adalah guru belajar dari siswa untuk memperhatikan dan peka terhadap kondisi siswa, sehingga proses pengajaran lebih efektif dan bermakna.
• Isi (Subyek materi)
Materi pengajaran meliputi pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan yang disampaikan dalam pengajaran di SD tersebut adalah pengetahuan bahasa Inggris yang berhubungan dengan siswa. Pengetahuan tersebut dirumuskan dalam tema-tema yang ada di sekeliling anak, agar mereka dapat mengamati sendiri materi-materi dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tema-tema yang diambil seperti About me, Our school, Our city, dsb. Misalnya pada tema about me, maka siswa di arahkan untuk dapat memperkenalkan dan menyebutkan diriya, keluarga, anggota badan, angka, kesukaan dll dalam bahasa Inggris. Untuk keterampilan berbahasa Inggris sangat perlu diberikan yaitu speaking, reading, listening dan writing. Namun, pengajaran di SD K E Mangunan lebih menekankan pada kemampuan berkomunikasi sehingga yang lebih diutamakan adalah keterampilan berbicara dan penguasaan vocabulary. Hal ini terlihat dengan penyampaian materi yang sering menggunakan metode permainan, drama, dan telling story. Untuk writing belum terlalu ditekankan dengan alasan supaya anak tidak dibingungkan dengan penulisan dan grammer yang terasa rumit bagi siswa SD. Penulisan yang salah harus dibenarkan tanpa menyalahkan. Untuk itu, perlu juga diberikan spelling untuk memperbaiki penulisan, pronounciation dan pendalaman vocabulary.
• Metode dan Teknik
Karena sangat menerapkan anak sebagai pusat kegiatan pengajaran, maka metode yang digunakan adalah metode yang mengembangkan daya kemapuan anak dalam berbahasa Inggris. Metode pengajaran di desain senyaman mungkin dengan kondisi siswa agar dapat belajar sesuai kemapuannya. Metode yang digunakan bersifat fleksibel tidak terpancang dengan text book thingking. Ketiadaan buku pegangan membuat guru dan siswa untuk berkreatifitas dengan mencari di berbagai sumber. Metode yang paling menonjol digunakan adalah metode bermain sambil belajar dan metode bahwa semua orang adalah guru. Bahasa Inggris disampaikan dengan teknik permainan agar siswa tertarik dan senang untuk belajar bahasa Inggris. Permainan digunakan mengingat manusia adalah homo ludens (manusia mempunyai kesenangan untuk bermain). Dengan bermain, selain siswa mendapatkan kemampuan berbahasa Inggris, siswa juga belajar untuk kreatif, dapat mengembangkan pikiran, berinteraksi, dan menumbuhkan jiwa sportif. Hal-hal tersebut sangat penting bagi perkembangan siswa untuk mempersiapkan kehidupannnya di masyarakat dunia yang akhirnya dapat menumbuhkan pikiran bahwa semua orang adalah guru, saya harus belajar dari mereka.
Adapun teknik pengajaran bahasa Inggris bagi siswa SD adalah guru dituntut untuk lebih kreatif, memancing partisipasi aktif dan rasa ingin tahu siswa. Pengajaran bahasa Inggris melalui permainan, games computer, drama, membaca, bercerita dan sebagainya dapat melibatkan seluruh siswa aktif mengikuti pengajaran yang berlangsung. Kemudian guru memancing agar anak dapat bertanya dan mencari jawabannya.
• Media
Untuk menunjang pengajaran bahasa Inggris tentunya memerlukan banyak media agar lebih efektif. Guru dapat menyediakan media-media pembelajaran, misalnya: gambar, angka, pocket story, buku cerita, ensiklopedia, CD, video, kaset, benda-benda di sekitar dan lain-lain.
Sistem penilaian untuk mengukur hasil belajar siswa yang digunakan terdapat dua macam, yaitu penilaian raport dan penilaian deskriptif. Seperti yang dijelaskan Ibu Kartika bahwa penilaian raport berisi angka yang didapat siswa, sedangkan penilaian deskriptis yaitu penilaian yang menjelaskan mengapa seorang siswa dapat nilai tersebut. Misalnya anak dapat nilai 7, maka nilai deskriptif menjelaskan nilai 7 tersebut berdasarkan kemampuan yang dikuasainya. Jadi bisa siswa sama-sama dapat nilai dengan jenis dan tingkat kemampuan yang berbeda.
Suatu proses tentu ada kendalanya termasuk juga pengajaran bahasa Inggris di SD Mangunan. Kendala-kendala selama pengajaran tersebut antara lain tidak adanya buku pegangan bagi guru dan siswa, sehingga siswa yang tidak rajin kurang mengerti materi yang diajarkan dan guru harus kerja lebih ekstra mencari dan menyiapkan materi pengajaran. Selain itu, kendala utamanya adalah latar belakang siswa yang terlalu mencolok menimbulkan perbedaan kecepatan pemahaman siswa yang cukup jauh, padahal mereka dalam satu kelas. Sehingga membutuhkan kejelian dan keuletan guru untuk menjaga suasana pengajaran berjalan dengan lancar, salah satu caranya adalah memberi tugas tambahan bagi siswa yang cepat menyelesaikan tugasnya agar tidak mengganggu siswa lainnya. Pokoknya mata guru harus tidak lepas dari sikap siswanya. Apalagi jumlah alokasi waktu yang dirasa masih kurang, yaitu tiap kelasnya mendapatkan 105 menit tiap minggu untuk mata pelajaran bahasa Inggris. Namun, kendala-kendala tersebut secara umum dapat di atasi dengan cukup baik. Justru kendala-kendala tersebut mempunyai sisi positifnya jika lebih dimaknai. Dengan tidak adanya buku pegangan, guru dan siswa dituntut lebih mandiri dalam mencari sumber-sumber pembelajaran, dan lebih variatif karena tidak hanya didapat dari satu sumber saja, tapi belajar dari banyak sumber. Kondisi siswa dengan latar belakang yang berbeda dapat melatih anak untu bisa melatih interaksi dan beradaptasi dengan situasi berbeda. Siswa lebih peka dan solid dengan teman-temannya tanpa membeda-bedakan status sosial atau keadaan seseorang.

Kesimpulan
Bahasa sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengajaran bahasa harus menekankan pada kemampuan komunikasi yang mulai diajarkan pada anak sejak dini. Pengajaran untuk anak usia SD hendaknya diberikan dengan kreatif dan tidak terpaku pada text book thingking, tetapi dengan metode belajar sambil bermain karena pengajaran bahasa Inggris di SD terutama bertujuan untuk menarik minat siswa belajar dan memberi bekal pembelajaran di sekolah lanjutannya. Namun, pengajarannya tidak boleh diberikan dengan asal-asalan, karena kemampuan berbahasa merupakan kunci untuk manusia berkomunikasi dalam interaksi dengan masyarakat bahkan masyarakat dunia. Pengajaran bahasa Inggris di SD K E Mangunan dapat dikatakan sangat efektif sebagai pembelajaran anak untuk mengembangkan pikiran sesuai dengan dunianya. Tujuan pengajaran bahasa Inggris di sana, tidak hanya untuk menngejar prestasi atau sekedar obsesi dari orang tua dan gurunya. Melainkan berpusat pada anak. Tujuan pengajaran tersebut adalah agar anak bisa hidup dan berinteraksi dengan baik. Anak dapat berkembang dengan bereksplorasi, berkreatifitas secara utuh. Prestasi anak dilihat bukan hanya saat mereka mendapatkan nilai dan peringkat yang bagus saja, melainkan pencapaian prestasi hidup untuk bertahan dalam tantangan jaman dan pengaruh global.

contoh proposal PTK

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA-UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS DENGAN METODE JEUX DE RÔLES PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 7 PURWOREJO

Oleh:
Natiqotul Muniroh 07204241003


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2008


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), penjurusan pada SMA/MA/SMK di mulai ketika siswa memasuki kelas XI. Hal ini dimaksudkan agar siswa mendapat pembelajaran yang lebih fokus sesuai minat, cita-cita dan kemampuan masing-masing. Seperti program jurusan lainnya, jurusan Bahasa diadakan sebagai wadah untuk siswa yang menguasai bidang kebahasaan agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pengajaran bahasa bertujuan agar siswa menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Indonesia dan bahasa asing sebagai alat komunikasi di dunia internasional. Dengan memeroleh bahasa asing, siswa dapat memahami dan mengungkapkan informasi, ide, serta mempelajari kebudayaan tentang negara itu sendiri maupun nagara-negara yang ada di dunia. Dirasa pentingnya mempelajari bahasa asing, Sebagian besar SMA memberikan bahasa asing sebagai keterampilan bahasa asing yang dialokasikan dalam KTSP.
Bahasa Prancis merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan pada SMA, mengingat bahasa Prancis adalah bahasa Internasional kedua yang digunakan lebih dari separuh penduduk dunia. Selain itu, bahasa Prancis merupakan bahasa resmi yang digunakan dalam organisasi tingkat dunia. Disamping berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, bahasa ini dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan ekonomi, hubungan antar bangsa, sosial budaya, serta pengembangan karier. Bahasa Prancis memiliki posisi penting sehingga menjadi kesadaran bahwa bahasa Prancis dapat dijadikan sarana untuk mengenal dunia dalam era globalisasi ini.
Seperti yang dinyatakan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), bahasa Prancis menekankan aspek keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan bahasa lisan dan tulis baik respektif maupun produktif. Untuk menguasai bahasa Prancis, diperlukan keterampilan berbahasa yang mencakup 4 aspek, yaitu keterampilan mendengar ’Compréhension Orale’, keterampilan berbicara ’Expression Orale’, keterampilan membaca ’Compréhension Ecrite’, dan keterampilan menulis ’Expression Ecriet’. Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang penting untuk dikuasai. Untuk berbicara lancar, terlebih dulu harus menguasai keterampilan tersebut yang didukung aspek-aspek lainnya. Untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Prancis khususnya secara lisan, ada beberapa kompetensi yang harus dikuasai, antara lain: kedua belah pihak yaitu pembicara dan pendengar harus memahami maksud dari kata-kata yang digunakan. Selain itu, bahasa Prancis memiliki struktur tata bahasa yang sangat kompleks, sehingga penting juga untuk mempelajari struktur tata bahasa dan sistematika bahasa Prancis untuk mendukung keterampilan berbicara bahasa Prancis.
Apabila ditinjau dari hasil pengajaran bahasa Asing, khususnya bahasa Prancis di sekolah, pada umumnya hasil hasil sudah mulaki terlihat dalam segi kuantitas (nilai) yang cukup memuaskan. Namun, dalam segi kualitas ternyata masih dirasa sangat kurang. Sebagian besar siswa masih enggan untuk berbicara dalam bahasa Prancis dengan berbagai alasan, mulai dari rasa tidak percaya diri, malu, tidak bisa, takut salah karena penguasaan kosa kata dan struktur gramatiknya yang masih acak-acakan jika digunakan saat berbicara, pelafalan yang masih kacau dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru SMA Negeri 7 saat observasi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Prancis di SMA ini mengutamakan keterampilan membaca dan berbicara, mengingat pentingnya komunikasi langsung pada zaman globalisasi sekarang. Namun, beberapa permasalahan yang muncul dalam pembelajaran bahasa Prancis adalah antusiasme siswa terhadap bahasa Prancis yang masih kurang, taraf kemampuan siswa yang berbeda-beda dan kurangnya rasa percaya diri siswa untuk berbicara dalam bahasa Prancis. Selain itu, adanya faktor ketakutan pada siswa untuk berbicara karena penguasaan kosa kata, struktur gramatikal dan pelafalan yang dinilai masih minim. Padahal keterampilan berbicara sangat penting untuk berkomunikasi saat ini, sehingga keterampilan berbicara dalam kurikulum SMA N 7 Purworejo khususnnya kelas XI Bahasa mendapat alokasi waktu yang lebih banyak. Pada umumnya, siswa cenderung menguasai keterampilan membaca dan menulis (komunikasi tertulis) dibandingkan dengan keterampilan mendengar atau berbicara (komunikasi lisan). Permasalahan yang paling utama adalah tingkat antusiasme belajar yang masih kurang. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal antara lain adalah minat, kecerdasan, rasa takut, rasa percaya diri, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal antara lain adalah fasilitas belajar, metode pembelajaran, media pembelajaran, lingkungan belajar dan sebaginya.
Banyaknya anggapan siswa bahwa bahasa Prancis sulit dipelajari membuat siswa malas dan kurang berminat dalam mempelajari bahasa Prancis. Salah satu faktor ekstern yang penting dan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar bahasa Prancis adalah penggunaan metode pembelajaran. Kurangnya variasi metode menyebabkan siswa merasa jenuh dan pasif terhadap pembelajaran yang akhirnya dapat menghambat kelancaran proses pembelajaran dan hasil pencapaian siswa, baik yang akademik maupun nonakademik.
Pelajaran bahasa Prancis di SMA Negeri 7 Purworejo termasuk ke dalam pelajaran wajib bagi kelas X, program jurusan bahasa dan IPS. Jumlah jam pelajaran yang padat tetapi dihadapkan dengan kurangnya tenaga pengajar bahasa karena hanya memiliki dua guru bahasa Prancis. Hal tersebut menjadikan guru dituntut kreatif dalam menerapkan metode pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan dan kemandirian para siswa karena salah satu kelemahan dalam pembelajaran bahasa asing pada umumnya adalah terjebak pada pengunaan metode pengajaran yang belum menjurus ke arah pengembangan kemampuan aktif siswa. Penggunaan metode yang bervariasi dapat membuat siswa lebih aktif dan tertarik mempelajari bahasa Prancis dibandinglan hanya menggunakan metode klasikal tertentu yang membuat siswa bergantung pada guru. Metode pembelajaran aktif dapat meningkatkan kemandirian siswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dicari alternatif metode yang dapat merangsang antusiasme dan keaktifan siswa agar dapat balajar bahasa Prancis dengan menyenangkan. Salah satu metode yang perlu diterapkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis adalah metode jeux de roles. Metode jeux de roles dalam bahasa Indonesia adalah bermain peran. Dalam jeux de roles, siswa memainkan peran dari karakter tertentu. Siswa dapat menjiwai perannya tersebut berbicara dan bertingkah laku sesuai dengan karakter yang diperankan. Metode ini sangat bagus untuk diterapkan agar para siswa tertantang untuk berbicara bahasa Prancis lebih baik. Metode tersebut menggunakan teks wacana dan percakapan yang terdapat dalam buku maupun hasil karya siswa. Sehingga akan mengembangkan ide, daya imajinasi, kreativitas, ekspresi, dan mengubah aktivitas duduk yeng tenang ke aktivitas gerakan, ucapan, maupun mental yang tanggap terhadap orang lain atau suatu permasalahan.


B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, timbul berbagai masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya antusias siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo dalam berbicara bahasa Prancis.
2. Kurangnya minat siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo dalam berbicara bahasa Prancis.
3. Rendahnya keterampilan berbicara bahasa Prancis pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo.
4. Kurangnya penggunaan metode pengajaran yang bervariasi yang sesuai dengan pengajaran bahasa Prancis di kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo.
5. Kurangnya metode pembelajaran bahasa Prancis yang aktif dan menyenangkan di kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo.
6. Belum maksimalnya upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan metode jeux de rôles pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, dapat diketahui bahwa masalah-masalah yang berkaitan dengan keterampilan berbicara bahasa Prancis sangat kompleks. Maka, permasalahan ini dibatasi pada ”upaya-upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan metode jeux de rôles pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo”.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi pusat penelitian yaitu ”Bagaimana upaya-upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan metode jeux de rôles pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo”.

E. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan ”untuk mengetahui upaya-upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan metode jeux de rôles pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo”

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yangt diharapkan melalui kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang bahasa khususnya bahasa Prancis dan dapat dijadikan referensi yang relevan bagi penelitian di masa yang akan datang.
2. Manfaat praktis
a. Bagi akademika atau pengembang ilmu
1) Dapat memeroleh masukan yang bermanfaat terhadap metode, strategi, dan teknik yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran bahasa Prancis.
2) Dapat mengetahui upaya-upaya meningkatkan keterampilan berbicara dengan metode jeux de roles.
b. Bagi pengelola pendidikan
1) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.
2) Sebagai masukan bagi guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang praktis sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa.
3) Sebagai masukan dan usaha meningkatkan potensi belajar siswa khususnya pada bidang studi bahasa Prancis.
c. Bagi peneliti
Sebagai mahasiswa yang diidik menjadi calon guru bahasa Prancis, penelitian ini sangat bermanfaat untuk mendapatkan pengalaman berharga terkait dengan pembelajaran bahasa Prancis, khususnya penerapan metode jeux de rôles sebagai upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis siswa SMA dalam pembelajaran bahasa Prancis di SMA Negeri 7 Purworejo.


BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Kajian Teoritik
1. Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Keterampilan Berbicara
Dalam Geroys Keraf (1997: 1)Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Salah satu keterampilan yangb sangat penting dalam belajar bahasa menurut Syafi’i yang dikutip Susmita (1996:11) adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara dari dulu mendapat perhatian yang besar (Subyakto,1988: 153). Dibandingkan dengan waktu yang lampau, pengajaran bahasa (asing) dewasa ini banyak ditujukan pada keterampilan lisan (Sartinah, 1988: ). Sedangkan menurut Tarigan (1986: ), dalam sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai kegiatan yang menuntut keterampioan berbicara. Mengingat pentingnya peranan keterampilan berbicara dalam dalam kehidupan sehari-hari perlu digalakkan pengajaran berbicara di sekolah.
Keterampilan berbicara adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi dan artikulasi dan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Tarigan, 1985: 15). Selanjutnya Tarigan juga menyatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan dapat dilihat (visible). Yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan oto tubuh demi maksud dan tujuan, gagasan atau ide yang dikombinasikan. Munurut Mulgrave (1954: 3-4) dalam Tarigan, berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara dapat memahamiatau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya dan apakah dia waspada, antusias atau tidak. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang sudah disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak (Tarigan, 1985: 15) Dengan demikian berbicara lebih dari sekedar pengucapan bunyi atau kata-kata, tetapi juga mengandung makna yang dapat diterima oleh penyimak.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah keterampilan untuk menyampaikan suatu maksud, ide, gagasan, atau pikiran pada orang lain dengan maksud dapat dipahami pendengarnya. Keterampilan berbicara sangat penting bagi orang untuk berkomunikasi dengan didukung keterampilan lainnya.
b. Tujuan Ketrampilan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Menurut Subyakto (1988:152), tujuan pertama kemampuan komunkatif ialah untuk menyampaikan pesan kepada orang, yakni untuk mampu berkomunikasi mengenai sesuatu dalam bahasa. Tujuan kedua ialah menyampaikan pesan kepada orang ain dalam cara yang secara sosial (social tool) ataupun sebagai alat perusahaan maupun alat profesional (bussines or professional tool), maka pada dasarnya berbicara mempunyai maksud umum menurut Och and Winker (1979: 9) dalam Tarigan yaitu:
1) Memberitahukan, melaporkan (to inform)
2) Menjamu, menghibur (to entertain)
3) Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade)
Sedangkan menurut Maidar (1993: 17), tujuan berbicara adalah adalah memberitahukan sesuatu pada orang lain agar orang tersebut paham dengan isi pembicaraan. Agar dapat menyampaikan pembicaraan secara efektif, sebaiknya pembicara benar-benar pahammememahami apa yang dibicarakannya. Di samping itu, ia harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, tujuan keterampilan berbicara adalah cakap untuk berkomunikasi dan mampu menyampaikan pesan kepada orang lain agar orang tersebut paham dengan maksud yang disampaikan. Selain itu, tujuan berbicara adalah memberitahukan, menghibur dan mengajak orang lain.
c. Peningkatan Keterampilan Berbicara
Pembicaraan yang baik memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan. Dalam mengembangkan keterampilan bercicara perlu adanya pengaturan bahan bagi penampilan lisan, perlu penganalisisan pemirsa, penyesuaian ide dan susunannya bagi para pndengar, perlu penggunaan ekspresi yag jelas dan efektif bagi komunikasi kelompok yang khusus dan perlu belaar menyimak denganh seksama dan penuh perhatian (Mulgrave dalam Tarigan, 1985: 22) Sedang menurut Sartinah (1988: ), kemampuan berkomunikasi dengan bahasa sehari-hari harus dilakukan secara intuitif yang didasarkan oleh rasa bahasa serta speech habits yang sudah dikuasai secara otomatis dengan berkonsentrasi pada buah pikiran secara sadar. Suatu hal yang penting pula ialah pengembangan keterampilan berbicara aktif didasari pula oleh keterampilan pasif 6ang terdiri atas kemampuan menangkap dan mengerti bahasa yang diucapkan. Pengembangan ketrampilan berbicara bahasa asing juga bisa dibantu dengan membaca teks dalam bahasa asing dan latihan menulis agar keterampilan berbicara secara aktif dan produktif bisa dikuasai secara mantap. Masih menurut Sartinah, cara melatih siswaagar dapat terampil mengungkapkan diri dalam bahasa asing secara lisan adalah: 1) Dalam mengungkapkan bahasa asing sehari-hari, siswa harus mampu memilih materi leksik dan gramatikal yang sesuai. 2) Ungkapan harus merupakan bahasa yang lazim dipakai, yaitu bahasa yang dipakai siswa sehari-hari dalam mengadakan dialog dngan siswa lain.
Dalam Tarigan & Tarigan (1986: 90) disebutkan bahwa untuk meningkatkan keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan teknik pengajaran bahasa antara lain: 1) ulang ucap, 2) lihat dan ucapkan, 3) mendeskripsikan, 4) menjawab pertanyaan, 5) percakapan, 6) reka cerita gambar, 7) bercerita, 8) dramatisasi, 9) pertanyaan menggali, 10) melanjutkan cerita, 11) cerita berantai, 12) menceritakan kembali, 13) percakapan, 14) parafrase, 15) reka cerita gambar, 16) memberi petunjuk, 17) bercerita, 18) dramatisasi, 19) laporan pandangan mata, 20) bermain peran, 21) bertelepon, 22) wawancara, 23) diskusi.
Peningkatan keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan berbagai metode dan telnik, kebiasaan, dan pengembangan keterampilan lain sebagai pendukung, serta menggunakan bahasa yan lazim digunakan dalam kehidupan sehasri-hari.


d. Faktor-faktor kebahasaan dan Nonkebahasaan sebagai Penunjang Kefeektifan Berbicara
Untuk menjadi pembicara yang baik, seseorang harus berbicara dengan jelas dan tepat. Selain itu, pembicara juga harus menguasai masalah apa yang ia bicarakan dan memperlihatkan keluwesan berbicara. Menurut Arsyad (1991, 87) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh si pembicara untuk keefektifan berbicara yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan.
1) Faktor-faktor kebahasaan
a) ketepatan ucapan
b) tekanan, nada
c) pilihan kata (diksi)
d) ketepatan sasaran pembicaraan
2) Faktor-faktor non kebahasaan
a) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
b) pandangan terus diarahkan pada lawan bicara
c) kelancaran
d) gerak-gerik dan mimik yang tepat
e) kenyaringan suara
f) penalaran/ relevansi
g) penguasaan topic
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara bukanlah kemampuan yang berdiri sendiri. Melainkan saling berkaitan dengan kemampuan berbahasa yang lain. Untuk pembelajar bahasa asing khususnya bahasa Prancis, pada tingkat awal diharapkan bdapat berbicara dengan baik walaupun dalam kalimat sederhana.

2. Metode Jeux de Rôles
a. Pengertian Metode
Metode, cara atau teknik pengajaran merupakan komponen proses belajar mengajar yang banyak menentukan keberhasilan pengajaran. Keberhasilan dalam melaksanakan suatu pengajaran sebagian besar ditentukan oleh piihan bahan dan metode yang tepat (Tarigan & Tarigan, 1986: ). Sedangkan Subyakto (1988: 9) menyatakan ” Method ialah tingkat yang menerapkan teori-teori pada ti8ngkat approach. Dalam tingkat ini diadakan pilihan-pilihan tentan keterampilan khusus mana yang harus diajarkan, materi-materi apa yang harus disajikan. Metode dan teknik yang membuat para pembelajar terus berkeinginan untuk mengembangkan pengetahuannya secara mandiri. Dalam pembelajaran bahasa asing, sudah cukup lama dikenal dengan istilah pendekatan komunikatif atau communicative approach sebagai reaksi terhadap metode pengajaran bahasa baik yang tradisional maupun situasional. Pendekatan komunikatif menurut Richard et al (1986) dalam kamaludin dan farida, adalah pengajaran bahasa yang dilandasi teori komunikasi dan fungsi bahasa dengan tujuan mengembangkan kemampuan komunikatif serta meningkatkan kemampuan keempat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Metode komunikatif mempunyai metode pengajaran yang bervariasi terutama metode bermain peran.
b. Metode Jeux de Rôles
Metode jeux de role dalam bahasa Indonesia adalah metode bermain peran dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah role playing. Dalam wikipedia, bermain peran diartikan sebagai sebuah permainan dimana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Menurut Azies dan Alwasilah (1996: 95-101) dalam Kamaludin dan Farida, menjelaskan bahwa teknik bermain peran banyak dipakai dalam pengajaran bahasa karena kegiatan belajar dan mengajar dengan teknik ini sangat menyenangkan. Bermain peran dapat dilakukan dengan mengikuti dialog yang ada dalam wacana, bisa dilakukan berperan bebas sesuai dengan imajinasi dan kreatifitas para pembelajar. Bruce dan Marsha ( 1986: 102) menyebutkan bahwa melalui bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa dengan peranan tokoh yang diperankannya, misal sebagai guru, orang tua, dokter dan sebagainya. Setiap tokoh yang diperankan menuntut karakteristik tertentu pula. Metode bermain peran sangat baik dalam mendidik siswa dalam menggunakan ragam-ragam bahasa (Tarigan, 1986: 122). Dijelaskan pula dalam Soeparno (1987: 101) bahwa bermain peran menampilokan sikap, tingkah laku, watak dan prangai suatu peran untuk menciptakan imajinasi yang dapat melukiskan peristiwa sebenarnya.
Jika dilihat dari beberapa pebgertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bermain peran adalah suatu metode pembelajaran yang berupa ucapan dan tindakan secara sadar dalam memerankan suatu tokoh atau karakter.
c. Tujuan Metode Jeux de Rôles
Secara sederhana, metode jeux de role merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui tokoh yang diperankan. Menurut Soeparno (1987:101), tujuan dari bermain peran (jeux de role) adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih memahami kalimat-kalimat yang diucapkan orang lain secara tepat dengan apa yang dimaksud. Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (1986:102) menyebutkan bahwa melalui bermain peran, siswa dapat meningkatkan kemampuan mengenal diri dan perasaan orang lain, selain itu mereka juga dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Selain itu bermain peran juga dapat meningkatkan kreatifitas murid dalam memecahkan masalah melalui berbagai cara yang bebas dalam permainan tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bermain peran bertujuan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih mengungkapkan dan memahami apa kata yang diucapkan, belajar untuk memecahkan masalah secara kreatif dan belajar keterampilan berbicara secara menyenangkan melalui karakter yang diperankan.
d. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Jeux de Rôles
Menurut Alwasilah dan Azies (1996:97-101) ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menggunakan metode jeux de role antara lain:
1) Memilih peran atau adopsi peran
Memilih peran atau adopsi peran adalah istilah untuk menggambarkan sebuah aktivitas jenis drama, yaitu masing-masing siswa dari sebuah kelompok atau pasangan menggunakan identitas baru yang diambil dari tokoh yang ada dalam buku teks.
2) Bermain peran terbimbing
Bermain peran terbimbing biasanya berfokus fungsional, dengan serangkaian tugas yang harus diselesaikan siswa dalam situasi tertentu. Siswa terlebih dulu belajar ungkapan-ungkapan dan kosa kata yang berkaitan. Dalam bermain peran jenis ini ada beberapa guru yang membiarkan imaginasi siswa berjalan apa adanya.
3) Bermain peran bebas dari teks
Bermain peran jenis ini tidak membutuhkan persiapan sama sekali. Siswa dan guru maju ke depan kelas dengan perannya masing-masing, tetapi siswa telah diberitahukan bahwa ia akan memainkan peran-peran lanjutan.
Schaftel dan Schaftel dalan Dahlan (1990: 128) mengemukakan sembilan tahap bermain peran, yaitu:
1) merangsang semangat kelompok
2) memilih peran
3) mempersiapkan pengamatan
4) mempersiapkan tahap-tahap peran
5) pemeranan
6) mendiskusikan dan mengevaluasi peran serta isinya
7) pemeranan ulang
8) pemeranan didiskusikan dan dievaluasi kembali
9) mengkaji pemanfaatannya dalam kehidupan nyata melalui tukar pengalaman dan penarikan generalisasi.
e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jeux de Rôles
Djajadisastra (1982: 41-42) mengemukakan kelebihan dan kekurangan metode bermain peran sebagai berikut:
1) Kelebihan metode jeux de rôles
a) Memainkan suatu judul lakon dapat menyalurkan perasaan atau keinginan terpendam saat memainkan peran tertentu.
b) Merupakan hiburan bagi siswa dan menikmati suatu peran dalam lakon tertentu.
c) Siswa yang bermnain peran tersebut memeroleh kesempatan untuk belajar mencurahkan penghayatan problem di depan orang.
d) Memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa yang memainkan.
2) Kekurangan metode jeux de rôles
a) Siswa yang tidak mempunyai kematangan psikis tidak mungkin menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
b) Keterbatasan waktu yang digunakan tidak memberi kesempatan untuk menentukan langkah secara wajar.
c) Rasa malu akan menghambat kewajaran bermain peran.
Beberapa kelebihan dan kekurangan tersebut dapat dijadikan pertimbangan bila ingin diterapkan di kelas. Sebelumnya harus disampaikan dan keadaan siswanya sehingga dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik.

B. Penelitian Lain yang Relevan
Penelitian sebelumnya yang menjadi masukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Riana Rahmawati (2007) dengan judul ” Upaya-Peningkatan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman di Kelas XI Bahasa MAN Yogyakarta II”. Dalam laporan penelitiannya dinyatakan bahwa Rollenspiel (bermain peran) yang disinergikan dalam dengan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keterlibatan siswa yang semula 60% menjadi 80%, khususnya aspek keberanian siswa dalam berbicara menggunakan bahasa Jerman di depan kelas dan mengatasi kesulitan dalam mengucapkan kata atau kalimat dalam bahasa Jerman.
Penelitian yang dilakukan oleh Vanda Lailaningsih (2007) dengan judul ”Keefektifan Penggunaan Teknik Rollenspiel PADA Pengajaran Bahasa Jerman di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul”. Dalam laporan penelitiannya, dinyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa t-hitung = 8,175 lebih besar dari t-tabel =1,997 pada taraf signifikasi α = 0,05 dan db sebesar 65. Rerata kelompok eksperimen sebesar 48,60 lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol 42,11 dan bobot keefektifan sebesar 15,19 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 1) ada perbedaan prestasi yang signifikan dalam keterampilan berbicara bahasa Jerman siwa antar kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan teknik rollenspiel, 2) Pengajaran berbicara bahasa Jerman dengan menggunakan teknik rollenspiel lebih efektif daripada tanpa menggunakan teknik rollenspiel.

C. Kerangka Berpikir
Pengajaran bahasa asing pada keterampilan berbicara khususnya bahasa Prancis di berbagai lembaga pendidikan menengah belum mencapai hasil yang diharapkan. Salah saru kelemahan pengajaran pada umunya terletak pada metode pengajaran yang belum menjurus ke penggunaan struktur-struktur dasar secara lisan yang merupakan landasan untuk mengembangkan kemampuan pasif maupun aktif. Dibandingkan dengan waktu yang lampau, pengajaran bahasa Prancis dewasa ini lebih mengembangkan pada keterampilan berbicara. Kemampuan mengungkapkan diri dalam bahasa Prancis tidak akan berkembang jika siswa hanya disuruh menghafal teks atau dialog saja. Jika suatu komunikasi verbal diadakan, orang harus selalu menciptakan cara baru untuk mengungkapkan ide, gagasan, atau pikiran yang sesuai dengan jalannya komunikasi.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis, tidak terlepas dari peran guru dalam menggunakan metode pembelajaran di kelas. Dalam hal ini guru harus teliti dan mempertimbangkan kelebihan serta kekurangan tiap-tiap metode pembelajaran yang diterapkan di kelas. Ketepatan guru dalam menggunakan metode sangat mendukung keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Masih rendahnya kualitas pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis khususnya di kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo tahun ajaran 2008/2009 sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya guru, siswa, materi, metode dan media pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan di atas, pemecahan alternatif tindakan perbaikan didiskusikan oleh peneliti dengan guru mata pelajaran bahasa Prancis dengan melaksanakan tindakan jeux de rôles

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesistinadakan dalam penelitian ini adalah: ”Dengan diterapkan metode Pengajaran bahasa asing pada keterampilan berbicara khususnya bahasa Prancis di berbagai lembaga pendidikan menengah belum mencapai hasil yang diharapkan. Salah saru kelemahan pengajaran pada umunya terletak pada metode pengajaran yang belum menjurus ke penggunaan struktur-struktur dasar secara lisan yang merupakan landasan untuk mengembangkan kemampuan pasif maupun aktif. Dibandingkan dengan waktu yang lampau, pengajaran bahasa Prancis dewasa ini lebih mengembangkan pada keterampilan berbicara. Kemampuan mengungkapkan diri dalam bahasa Prancis tidak akan berkembang jika siswa hanya disuruh menghafal teks atau dialog saja. Jika suatu komunikasi verbal diadakan, orang harus selalu menciptakan cara baru untuk mengungkapkan ide, gagasan, atau pikiran yang sesuai dengan jalannya komunikasi.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis, tidak terlepas dari peran guru dalam menggunakan metode pembelajaran di kelas. Dalam hal ini guru harus teliti dan mempertimbangkan kelebihan serta kekurangan tiap-tiap metode pembelajaran yang diterapkan di kelas. Ketepatan guru dalam menggunakan metode sangat mendukung keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Masih rendahnya kualitas pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis khususnya di kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo tahun ajaran 2008/2009 sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya guru, siswa, materi, metode dan media pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan di atas, pemecahan alternatif tindakan perbaikan didiskusikan oleh peneliti dengan guru mata pelajaran bahasa Prancis dengan melaksanakan tindakan jeux de rôles, maka kualitas pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis di kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo pada semester genap tahun ajaran 2008/2009 akan meningkat”.




BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Action Research Class) yang dilaksanakan dalam bentuk siklus. Penelitian ini bersifat partisipatif dan kolaboratif yang didasarkan pada permasalahan yang muncul pada keterampilan berbicara. Desain penelitian tindakan yang akan dilakukan menggunakan model Kemmis dan Taggart (via Wiriatmadja, 2007: 66)
Bagan Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988)

Adapun model PTK tersebut dimaksud menggambarkan adanya empat langkah dan pengulangannya yang disederhanakan oleh Suharsimi (2006: 97) menjadi:


Keempat langkah tersebut nmerupakan siklus atau putaran, yang artinya sesudah langkah ke-4 lalu kembali lagi ke-1 dan seterusnya.

B. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Purworejo kelas XI Bahasa. Sekolah ini berlokasi di kelurahan Pangen Jurutengah dan Ngupasan, kecamatan Purworejo, kabupaten Purworejo, propinsi Jawa Tengah yang terletak pada pusat kota, tepatnya di sepanjang Jl. Ki Mangunsarkoro No.1 Purworejo. Walaupun letaknya berada di jantung kota, lingkungan SMA ini pada umumny cukup tenang dan kondusif untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan, SMA Negeri 7 Purworejo memiliki gedung peninggalan Belanda di atas tanah seluas ± ha yang teduh oleh asrinya lingkungan sekolah.
SMA Negeri 7 Purworejo memiliki fasilitas yang dapat menunjang proses pembelajaran. Dari segi fisik, sekolah ini memiliki 27 ruang kelas, 3 laboratorium IPA, laboratorium IPS, laboratorium Bahasa, laboratorium komputer, Ruang Multimedia, Perpustakaan Digital, Masjid, Green House, Lapangan olah raga, Wisma Budaya (aula), Rumah dinas (bagi guru dan karyawan), dan lain-lain. Dari segi non fisik, SMA Negeri 7 Purworejo memberikan berbagai fasilitas, antara lain: 3 program jurusan (IPA, IPS, dan Bahasa), Kelas reguler, kelas Immersi, kelas RSBI, kegiatan ekstrakurikuler, program hari berbahasa dan sebagainya. SMA ini memiliki tim guru dari 62 guru mata pelajaran, dua diantaranya adalah guru mata pelajaran bahasa Prancis.
SMA Negeri 7 Purworejo terrnasuk sekolah favorit di Purworejo yang telah banyak membuahkan prestasi siswa dalam bidang akademik maupun nonakademik. Hal itu dapat dilihat dari kuantitas lulusan dan kualitas lulusan

C. Subyek dan Obyek Penelitian
Di kelas bahasa, mata pelajaran bahasa Prancis sejak tahun ajaran 1998/1999 merupakan salah satu pelajaran yang termasuk dalam Ujian Akhir Nasional (UAN), sehingga mata pelajaran bahasa Prancis tidak hanya wajib tempuh, tetapi juga wajib lulus. Di kelas XI Bahasa, alokasi waktu mata pelajaran bahasa Prancis adalah 8x45 menit tiap minggunya atau 360 menit perminggu yang dilaksanakan rutin tiap hari Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu dengan siswa berjumlah 20 anak, yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Pertimbangan diambilnya kelas ini sebagai subyek penelitian karena penguasaan keterampilan berbicara bahasa Prancis sangat dituntut dibanding kelas yang lain. Selain itu, pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis pada kelas ini belum sesuai dengan target ketercapaian pembelajaran.
Obyek dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan berbicara bahasa Prancis melalui metode jeux de rôles pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo semester genap tahun ajaran 2008/2009. Berdasarkan keadaan tersebut, melalui metode jeux de rôles diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru mata pelajaran bahasa Prancis dalam pengajaran keterampilan berbicara dan meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Prancis.

D. Prosedur Penelitian
Model penelitian yang dikembangkan Kemmis dan Taggart menggunakan empat komponen PTK (Perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi). PTK mengenal empat tahap atau langkah penting yaitu plan (perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect (perenungan) yang akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan : Merancang strategi metode jeux de rôles untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan berbicara bahasa Prancis.
2. Tahap tindakan : mulai mempraktikkan metode jeux de rôles unutuk mendorong siswa mengucapkan kata dan kalimat bahasa Prancis serta mengungkapkan ide dan pikirannya.
3. Tahap pengamatan : Kegiatan siswa dalam praktik jeux de rôles dicatat, difoto atau direkam untuk melihat proses pelaksanaan yang terjadi.
4. Tahap refleksi : perenungan terhadap hasil tindakan yang telah dilakukan
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian kelas ini mengandung data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa data perilaku siswa selama proses pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan metode jeux de rôles. Data kuantitatif berupa taingkat kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan nilai tes berbicara. Sumber data diambil pada sebelum, selama, dan sesudah penelitian tindakan dilakukan. Data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa cara dan alat antara lain:
1. observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang perilaku siswa dan guru (kolaborator) dalam proses pembelajaran yang dibantu oleh guru observer pendukung.
2. interview (wawancara)
Wawancara dilakukan peneliti dengan Kepala sekolah, guru (kolaborator), guru observer pendukung dan siswa. Hal ini dilakukan dilakukan untuk memperoleh data tentang pembelajaran bahasa Prancis khususnya pada keterampilan berbicara dan hal yang berkaitan lainnya. Wawancara dilakukan dengan sistem semi struktur dan bebas menurut situasi kondisi yang terjadi.
3. Survey (angket)
Angket ini disusun berdasarkan indikator yang mengungkapkan yang dapat mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman berbicara bahasa Prancis dan penerapan metode jeux de rôles. Anget yag digunakan adalah angket tertutup yang berupa cheklist.
4. catatan lapangan
Instrumen ini disusun untuk mengumpulkan data mengenai kegiatan guru, siswa dan hal lain yang terkait dengan proses pembelajaran bahasa Prancis khususnya keterampilan berbicara baik sebelum, selama, maupun sesudah berlangsungnya tindakan.
5. tes berbicara
Tes berbicara dilakukan untuk menjaring data yang menunjukkan tingkat keterampilan berbicara bahasa Prancis siswa subyek penelitian. Tes dilakukan pada sebelum dan sesudah tindakan diberikan. Guru kelas mengevaluasi untuk mengukur tingkat keterampilan siswa. Data yang dihasilkan dengan tes berbicara merupakan data kuantitatif yang dianalisis secara kuantitatif.
6. Dokumentasi
Dokumentasi berupasilabus, rencana pembelajaran, laporan tugas siswa, bagian buku teks yang digunakan, catatan tentang siswa, foto maupun rekaman hasil observasi, wawancara dan pelaksanaan tindakan.
F. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data, peneliti membandingkan isi catatan yang dilakukan dengan kolaborator, kemudian data diolah dan disajikan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
1. Teknik Analisis Data Kualitatif
Teknik analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa wawancara, catatan lapangan, angket dan dokumentasi.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Perbandingan antar data yaitu membandingkan data-data yang diperoleh dari setiap informan.
b. Kategorisasi yaitu mengelompokkan data-data dalam kategori tertentu.
c. Pembuatan inferensi yaitu memaknai data-data dan menarik kesimpulan.

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Teknik analisis data kuantitatif yang disajikan adalah dengan membentuk statistik deskriptif, Merupakan teknik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis dan kemudian menarik kesimpulan yang digeneralisasikan untuk data yang lebih besar. Teknik ini hanya dipergunakan untuk menyampaikan dan menganalisis data agar memperjelas keadaan karakteristik data yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2004: 8)
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir. Data ini berupa skor keterampilan berbicara bahasa Prancis yang penilaiannya menggunakan skor tertinggi 100 dan skor terendah 50. Aspek yang dinilai yaitu ucapan, dialog, ekspresi, pelafalan, dan struktur. Data tes awal dan tes akhir diolah dengan menggunakan uji-t (t-test) untuk mengetahui adanya perbedaan antara tes awal dan tes akhir.

G. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria atau indikator keberhasilan penelitian tindakan adalah:
1. Peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis siswa kelas XI Bahasa semester genap tahun ajaran 2008/2009.
2. Perubahan hasil belajar secara positif. Keberhasilan tindakan tidak ditekankan pada hasil akhir yang dicaoai, tetapi kepada proses berlangsungnya penelitian.
H. Validitas dan Realibilitas Data
Suatu penelitian harus menggunakan instrumen yang baik untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipercaya.Instrumen dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu memenuhi fungsinya sebagai alat ukur dan suatu intrumen dikatakan reliabel apabila instrumen cukuo dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.
1. Validitas Data
Burns (1999: 161-162) dalam Riana mengemukakan beberapa validitas dalam penilitian tindakan, yaitu:
a. Validitas demokratis (Demokratic Validity)
Validitas ini dilakukan dalam ruang identifikasi masalah, perencanaan tindakan yanng relevan dan hal lainnya dari awal penelitian hingga akhir. Semua obyek yang terkait meliputi peneliti, guru, kepala sekolah, observer pendukung dan siswa terlibat dalam penelitian.
b. Validitas proses (Proses Validity)
Validitas proses dicapai dengan cara peneliti dan nkolaborator secara intensif, berkesinambungan, dan berkolaborasidalam semua kegiatan yang terkait dengan proses penelitian. Penelitian dilakukan dengan guru sebagai partisipan observer yang selalu berada di kelas dan mengikuti proses pembelajaran.
c. Validitas dialogis (Dialogic Validity)
Berdasarkan data awal penelitian dan masukan yang ada, selanjutnya peneliti mengklarifikasikan, mendiskusikan dan menganalisis data tersebut dengan guru sebagai kolaborator untuk memperoleh kesepakatan. Penentuan bentuk tindakan juga dilakukan bersama antara peneliti dan kolaborator. Dialog atau diskusi dilakukan untuk menyepakati bentuk tindakan yang sesuai sebagai alternatif dalam penelitian ini.
2. Reliabilitas Data
Reliabilitas data dipenuhi dengan melibatkan lebih dari satu sumber data (triangulasi). Triangulasi ini diartikan pengecekan data dari berbagai sumber, cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2008: 372-374)
a. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berapa sumber.
b. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan terhadap wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda.

I. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo tahun ajaran 2008/2009 khususnya semester genap. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama bulan Januari sampai dengan bulan April 2009.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grasindo Persada
Azies, F dan Alwasilah, AC. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif. Bandung: PT Remaja Rodakarya
Hardjono, Sartinah. 1988. Psikologi Belajar Mangajar Bahasa Asing. Jakarta; Depdikbud
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001)
Keraf, Geroys. 2004. Komposisi. Semarang: Bina Putera
Maidar, Arsyad. 1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Nurgiyanto, dkk. 2004. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Universiti Press
Riana R. 2007. Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman di Kelas XI Bahasa MAN Yogyakarta II. Yogyakarta: FBS-UNY
Subyakto, S U. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan&Tarigan. 1986. Teknik Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Vanda L. 2007. Keefektifan Penggunaan Teknik Rollenspiel pada Pengajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman di SMA Negeri I Sedayu Bantul. Yogyakarta: FBS-UNY
Wiriatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rodakarya
YB Sudarmanto. 1993. Tuntutan Metodologi Belajar. Jakarta: PT. Widiasarana