Minggu, 18 April 2010

SEKOLAH BAGI SI MISKIN

Judul : Orang Miskin dilarang Sekolah
Pengarang : Eko Prasetyo
Penerbit : Resist Book, Magelang
Cetakan IV : Februari, 2006
Tebal buku : 255 Halaman

Dalam buku ini penulis mencoba memaparkan banyak realita yang kurang menyenangkan seputar dunia pendidikan di negeri kita pada tahun 2004 dan sebelumnya. Hal yang diungkan terutama masalah lembaga pendidikan formal, baik tentang sistem pembelajarannya maupun tentang pembiayaanya. Sebagai pengantar memasuki isi buku ini, penulis menyuguhkan pengalamannya saat mendaftarkan anaknya dengan uang pangkal 2 juta dan SPP 300 ribu/bulan. Suatu biaya yang sangat mahal demi melihat buah hatinya bernyanyi dan tertawa, fikirnya. Lantas bagaimana dengan orang miskin untuk mendapatkan pendidikan???
Dalam segi kelebihannya, penulis mencoba menkritisi kebijakan pemerintah Indonesia yang belum melek akan pentingnya pendidikan. Pemerintah yang berusaha lari dari tanggungjawabnya sebagaimana yang telah tertera dalam UUD 1945 pasal 31, yaitu dengan mengurangi subsidi pendidikan dan belum terealisasinya anggaran pendidikan 20 % dari APBN. Dalam mengungkapkan berbagai permasalahan tersebbut, penulis melengkapi bukunya dengan data-data yang terdapat dalam Koran maupun jurnal. Data-data tersebut mengungkapkan banyaknya pelewengan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan, baik pihak sekolah, Depdiknas, sampai pengusaha pendidikan. Kekerasan guru terhadap murid, rendahnya gaji guru, mahalnya SPP dan buku serta belum sesuainya kurikulum menjadi kendala dalam pendidikan yang belum terselesaikan. Apalagi mengingat tingginya kasus korupsi dalam pendidikan semakin menambah buramnya dunia pendidikan di Indonesia.
Merosotnya kualitas pendidikan di Indonesia tidak bias dipisahkan dari kebijakan Negara dalam menangani sector pendidikannya. Liberalisasi dan kapitalisme pendidikan pada hakekatnya telah memasung akses siswa yang tidak mampu untuk menikmati pendidikan melalui jalur formal, yaitu yang dikenal dengan istilah sekolah. Komersialisasi pendidikan harus secepatnya dihentikan karena hanya memunculkan kelompok orang yang menggunakan pendidikan demi memeroleh keuntungan financial semata.
Tuntutan yang diajukan dalam buku ini sebenarnya sederhana. Pendidikan wajib murah! Pendidikan mutlak dapat dijangkau oleh mereka yang miskin. Sekolah hendaknya menjadi ladang penyemaian bagi mekarnya gerakan sosial, dimana sekolah menjadi tempat untuk berpikir dan mengembangkan peserta didik secara utuh. Keistemewaan
pendidikan murah menurut penulis ada banyak sekali manfaat antara lain: 1) Membuat banyak orang bergembira, ayitu warga sekolah dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan maksimal tanpa membebani orang tua. 2) Menggalang kepedulian masyarakat tentang pendidikan. Pendidikan bisa murah karena memerlukan uluran bantuan, sokongan dan kebijakan dari berbagai pihak. 3) Dapat menekan perilaku korupsi. 4) Meringankan beban siswa. 5) Memperkuat legitimasi dan memenuhi tugas poko negara. 6) Mengakhiri pengangguran dengan memaksimalkan usia sekolah untuk sekolah. 7) Mengakhiri ketergantungan pada bantuan hutang luar negeri. 8) Dapat memperkecil gangguan keamanan. 9) Menghapus lembaga pendidikan yang berorientasi komersil.
Pendidikan kita tidak hanya memerlukan muri yang nekat untuk tetap bersekolah dan pengorbanan guru saja. Akan tetapi juga pejabat yang benar-benar berpendidikan dan sadar bahwa pendidikan adalah solusi penting untuk menmyelesaikan banyaknya pesrsoalan yang menimpa negeri kita. Dengan pendidikan, rakyat buakn diperas atau dibodohi, tetapi diberi fasilitas dan dicerdaskan untuk meningkatkan kualitas SDM sebagai aset masyarakat Indonesia yang cerdas dan kritis demi kemajuan negara. Memang butuh proses yang tidak instan terlihat hasilnya. Namun kesadaran kolektif masyarakat dan pemerintah akan membangun sinergitas untuk merealisasikannya bukan hanya sekedar impian bagi masyarakat miskin dan bagi jiwa yang peduli pendidikan....... (Natiq Okt'08)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo, posting comment Anda demi perbaikan