Senin, 26 April 2010

LAPORAN KUNJUNGAN “LA VISITE DE LA VILLE”
MUSEUM SONOBUDOYO, KRATON YOGYAKARTA, TAMAN SARI, KERAJINAN BATIK, WAYANG DAN PERAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Le Français du Tourisme


Oleh:
Natiqotul Muniroh 07204241003

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009
La visite de la ville atau istilah dalam Indonesianya kunjungan dalam kota menjadi tujuan wisata utama mengingat kota Yogyakarta merupakan pusat kebudayaan dan kesenian Jawa. Sehingga, tentu akan menarik banyak wisatawan asing maupun domestic. Kunjungan dalam kota di Yogyakarta secara umum meliputi kunjungan ke Museum Arkeologi Sonobudoyo, Kraton Yogyakarta, Taman Sari dan pusat kerajinan khas Yogyakarta seperti kerajinan batik, kerajinan wayang, dan kerajinan perak di Kotagede.

1. MUSEUM SONOBUDOYO
Pada kunjungan dalam kota ini, pertama kali mengunjungi museum arkeologi di Yogyakarta yaitu Museum Sonobudoyo. Museum Sonobudoyo adalah museum sejarah dan kebudayaan Jawa termasuk arsitektur klasik Jawa. Museuminin menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Museum ini terletak di sebelah utara alun-alun lor Yogyakarta tepatnya di Jl. Tri Kora No. 6 Yogyakarta.
Museum Sonobudoyo didirikan oleh Java Insitut yang bertujuan untuk melestarikan budaya Jawa dan kebudayaan lain yang sealiran dengan budaya Jawa, misalnya: Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Museum ini diresmikan oleh Sultan Hamengku Buwono VIII pada hari Rabu Wage tanggal 6 November 1935. Sekarang, pengelolaan museum ini di bawah pembinaan Dinas Kebudayaan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sampai saat ini, museum Sonobudoyo memiliki 42. 698 koleksi yang terdiri 10 kategori, yaitu: koleksi geologi, biologi, etnografi, arkeologika, historika, numismatika, filologika, keramologi, seni rupa, dan teknologika. Selain ruang pamer sebagai tempat memajang benda- benda koleksi, Museum ini juga dilengkapi dengan auditorium, perpustakaan, laboratorium, preparasi, kantor dan fasilitas umum. Namun, karena ruang pameran tidak cukup, maka dilakukan perluasann ruang pameran di kompleks nDalem Jayakusuman atau nDalem Condrokiranandi Wijilan, Panembahan sebelah timur alun-alun kota Yogyakarta. Di Museum Sonobudoyo II ini terdiri dari Ruang Pendopo Pengenalan, Ruang Kesenian, Ruang Transportasi, Ruang Pendopo Besar, dan Ruang Kantor lainnya yang diresmikan oleh Sultan Hamengku Buwono X pada 6 November 1998.
Museum Sonobudoyo berdekatan dengan obyek wisata lainnya seperti Kraton Yogyakarta, Taman Sari, Kebun Binatang Gembira Loka, Museum Benteng Vredenburg dan Pura Pakualalaman. Kawasan sekitar Sonobudoyo memiliki citra karakter bangunan colonial yang kental, antara lain adalah bank BNI, Museum Benteng Vredenburg, Gedung Agung, Seni Sono dan Kantor Pos. Bangunan Museum Sonobudoyo didesain oleh Ir. Th Karsten dan Vistarini yang memiliki karakter campuran antara bangunan Jawa dan Kolonial.
Museum Sonobudoyo Unit I memiliki koleksi benda-benda prasejarah sampai zaman Mataram, antara lain:
1. Genta Kalasan yang ditemukan tahun 1972 disisi barat daya candi Prambanan.
2. Patung-patung
3. Arca
4. Meriam
5. Gamelan Kyai Mega Mendung dari Kraton Kasepuhan Cirebon dan Gamelan Slendro-Pelog Kyai-Nyai Riris Manis.
6. Koleksi Batik
7. Topeng-topeng
8. Benda-benda tradisional seperti: Kecohan, Cepuri, Lopak-lopak dsb.
9. Petanen atau Pasren: tempat menghormati Dewi Sri.
10. Genta : Lonceng sebagai salah satu kelengkapan upacara agama Budha.
11. Talam
12. Wayang
13. Prajacihna : Lambang Kraton Kraton Ngayogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.

Ruang Prasejarah menyajikan benda-benda prasejarah yang mengambarkan cara hidup manusia pada masa berburu, mengumpulkan dan meramu makanan. Di ruang ini terdapat koleksi antara lain:
1. Replika tengkorak dan tulang manusia purba.
2. Alat batu Paleolitik: Kapak Lonjong, beliung persegi, nekara, moko, kapak corong, panah, gerabah, dsb.
3. Replika peti kubur batu.
Ruangan Klasik dan Peninggalan Islam, Budha dan Hindu.
Koleksi-koleksi antara lain:
1. Prasasti
2. Lambang
3. Cincin Stempel
4. Naskah daun lontar
5. Kitab Al Quran tulis tangan
6. Sajadah dari anyaman
7. Patung kepala dewa
8. Pantheon agama Budha
9. Artefak pantheon agama Hindu
10. Peralatan upacara agama Hindu dan Budha
11. Mata uang kuno, dsb.

Ruangan Batik:
Dapat kita saksikan, ruangan ini menyimpan koleksi-koleksi motif batik dari berbagai daerah. Berbagai macam motif batik cap, antara lain: Motif Kawung, Tumpal, Jlamprang, Udan Riris, Pinggiran BengkoK, Ceplok Burung dll.
Ruangan Wayang dan Topeng
Ruangan ini menyimpan koleksi-koleksi wayang antara lain:
1. Wayang kulit gaya Yogyakarta
2. Wayang Suluh
3. Wayang Kulit Gedhog
4. Wayang Kulit Purwa gaya Bali
5. Wayang Golek Menak
6. Wayang klithikan dsb.
Berbagai macam topeng antara lain:
1. Topeng Panji Asmoro Bangun
2. Rahwana
3. Anoman, dll.
Selain itu terdapat koleksi-koleksi peralatan upacara adat jawa.
Informasi penting tentang Museum Sonobudoyo:
Alamat : Jl. Tri Kora No. 6 Yogyakarta.
Telepon : (0274) 418330
Jam buka : Selasa-Kamis (07.00-14.30)
Jumat (07.00-11.00)
Sabtu-Minggu (07.00-13.00)
kecuali hari libur nasional
Harga tiket masuk : Rp 3.000,00
Biaya parkir mobil : Rp 3.000,00
Biaya parkir motor : Rp 2.000,00

2. KRATON NGAYOGYAKARTO HADININGRAT
Kunjungan kedua, kami berjalan ke arah selatan melewati alun-alun Lor Yogyakarta, menuju Kraton Yogyakarta. Yang disebut Kraton adalah tempat bersemayamnya ratu-ratu, berasal dari kata: ka+ratu+an+ Kraton atau disebut juga dengan Kedaton: ka+datu+ an, tempat datu-datu atau ratu-ratu, Dalam bahasa Indonesia disebut dengan Istana. Namun, istana belum berarti sebuah Kraton karena Kraton mengandung arti filsafat, keagamaan, dan kebudayaan.
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Yogyakarta dikenal secara umum oleh masyarakat sebagai bangunan istana salah satu kerajaan Nusantara. Kraton ini mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan setelah perjanjian Gayanti pada tahun 1755 di wilayah hutan Beringan, sekarang dijadikan nama sebuah pasaryaitu pasar Beringharjo. Konon, lokasi kraton ini merupakan bekas pesanggrahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan iring-iringan jenazah raja-raja Mataram yang dimakamkan di Imogiri.
Bangunan Kraton dengan arsitektur jawa yang agung dan elegan ini terletak di pusat kota Yogyakarta. Bangunan Kraton yang membentang dari utarake selatan. Halaman depan disebut alun-alun lor dan halaman belakang disebut dengan alun-alun kidul, antara Sungai Code dan sungai Winongo, antara gunung Merapi dan laut Selatan. Kraton dalam pikiran orang Jawa sebagai pusat jagat. Desain bangunan ini menunjukkan bahwa Kraton , Tugu dan Gunung Merapi berada dalam satu garis poros yang dipercaya sebagai hal yang keramat. Garis besarnya, wilayah Kraton memanjang 5 km kea rah selatan hingga Krapyak dan 2 km hingga Tugu. Dalam garis ini terdapat garis linier dualism terbalik, sehingga bisa terbaca secara simbolik filosofis. Dari arah selatan ke utara, sebagai lahirnya manusia dari tempat tinggi ke alam fana. Sebaliknya, sebagai proses kembalinyamanusia ke sisi Dumadi (Tuhan YME). Sedangkan Kraton dalam bahasa jasmani dengan raja sebagai lambing jiwa sejati yang hadir ke dalam badan jasmani. Kraton menuju Tugu juga diartikan sebagai jalan hidup yang penuh godaan. Pasar Beringharjo dilambangkan sebagai godaan wanita. Sedangkan Gedung kepatihan dianggap sebagai godaan akan kekuasaan. Keduanya terletak di sebelah kanan. Jalan lurus itu sendiri diartikan sebagai lambing manusia yang dekat dengan Sang Pencipta (Sangkan Paraning Dumadi). Secara sederhana, Tugu dilambangkan sebagai Lingga (laki-laki) dan Krapyak sebagai Yoni (perempuan). Dan Kraton sebagai jasmani yang berasal dari keduanya.
Tatanan special Kraton dari utara ke selatan area Kraton ini berturut adalah alun-alun Lor, Siti Hinggil Utara, Kemandhungan utara, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kemandhungan selatan, Siti Hinggil Selatan dan alun-alun Kidul. Sedangkan pintu yang harus dilalui untuk sampai ke masing-masing tempat berjumlah Sembilan, disebut Regol. Dari arah utara, terdapat gerbang, Pangurukan, tarub agung, brajanala, srimanganti, kemagangan, gadhung mlati, kemandhungan dan gading.
Luas Kraton Yogyakarta adalah 14.000 m. Didalamnya terdapat bangunan-bangunan, halaman2 dan lapangan2.
Halaman Kraton ke arah utara:
1. Kedhaton/ Prabayeksa
2. Bangsal Kencana
3. Regol Danapratapa (Pintu gerbang)
4. Sri Manganti
5. Regol Sri Manganti (Pintu gerbang)
6. Bangsal Panconiti (dengan halaman Kemandhungan)
7. Regol Brajanala (pintu gerbang)
8. Siti Hinggil
9. Tarub Agung
10. Pagelaran (tiangnya berjumlah 64 tahun jawa yang menandakan usia Nabi Muhammad)
11. Alun-alun utara dengan 63 pohon beringin yang menandakan usia Nabi Muhammad SAW.
12. Pasar Beringharjo
13. Kepatihan.


Sedangkan untuk halaman Kraton ke selatan maka yang kita lihat antara lain:
1. Regol Kemagangan
2. Bangsal Kemagangan
3. Regol Gadungmlati
4. Bangsal Kemandhungan
5. Regol Kemandhungan
6. Siti Hinggil
7. Alun-alun selatan
8. Krapyak
Komplek Kraton dikelilingi oleh tembok yang besar disebut beteng. Panjangnya 1 km berbentuk persegi, tingginya 3,5 km. lebarnya 3-4m.


Kraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1256 atau tahun jawa 1682, yang tertera dalam condrosengkolo memet di pintu gerbang Kemagangan dan di pintu gadingmlati, berupa dua ekor naga berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa Jawa: “ Dwi naga rasa tunggal”
Artinya: Dwi : 2
Naga : 8
Rasa : 6
Tunggal : 1
Dibaca dari belakang 1682. Warna naga hijau yang merupakan symbol pengharapan.
Disebelah luar pintu gerbang itu, di atas tembok kanan kiri ada hiasan yang terdiri dari 2 ekor naga bersiap-siap untuk mempertahankan diri. Dalam bahasa Jawa:”Dwi naga rasa wani”
Artinya: Dwi : 2
Naga : 8
Rasa : 6
Wani : 1
Jadi dibaca 1682, tahunnya sama, tetapi dekorasinya berbeda. Warna naga merah merupakan symbol keberanian karena di halaman Kemegangan ini dahulu diadakan latihan dan ujian beladiri antar calon prajurit-prajurit Kraton.
Pasukan Kraton Yogyakarta cukup kuat, ada 13 kesatuan prajurit Kraton yang meliputi Kesatuan Suroatmojo, Ketanggung, Patangpuluh, Wirobrojo, Jogokaryo, Nyutro, Dhaeng, Prawirotomo, Mantrijero, Langenstro, Surokarso, dan Bugis. Untuk mengenangnya, nama-nama tersebut dijadikan nama tempat disekitar Kraton.

Informasi penting tentang Kraton Yogyakarta
1. Jam buka
Setiap hari mulai pukul 08.30-13.00 WIB.
Khusus hari Jumat, Kraton buka pukul 08.30-11.00 WIB
2. Tiket Masuk
Wisatawan Domestik : Rp 3.000,00
Wisatawan Mancanegara : Rp 5.000,00
Ijin mengambil foto: Rp 1.000/ kamera
Ijin merekam: Rp 2.000/ handycame
3. Biaya Parkir
Sepeda : Rp 500,00
Sepeda motor: Rp 2.000,00
Mobil: Rp 5.000,00
Bus: Rp 15.000,00
4. Fasilitas
Alun-alun Utara dan Selatan
Siti Hinggil
Gedong Jene
Masjid Kauman
Museum Kereta
Museum Sultan Hamengku Buwono IX
Museum Lukis
Museum Kristal
Museum Cangkir
Seni pertunjukan (wayangan tiap hari Sabtu)
Perpustakaan/ Widya Budaya
Cendera mata dan oleh-oleh khas Jogja
5. Kegiatan
Pertunjukkan gamelan pada hari Senin dan Selasa pukul 10.00-12.00
Pertunjukkan wayang kulit tiap hari Sbtu pukul 09.00-13.00
Pertunjukkan Tari tiap hari Minggu dan Kamis pukul 09.00-12.00
Pembacaan puisi pada hari Jumat pukul 10.00-11.30
Pertunjukkan wayang golek pada hari Rabu pukul 09.00-12.00


3. PASAR BURUNG NGASEM
Setelah puas menikmati kunjungan wisata Kraton Yogyakarta, kami melanjutkan perjalanan wisata kami menuju Situs Taman Sari. Namun sebelum Taman Sari, dapat kita saksikan keramaian pasar tradisional yang mengutamakan perdagangan burung, yang dikenal dengan nama pasar burung Ngasem. Pasar ini tidak jauh dari Kraton, kurang lebih 400 m barat Kraton. Pasar ini sangat terkenal, sehingga dikenal juga oleh masyarakat di luar wilayah kecamatan Kraton.Pasar Ngasem menawarkan berbagai macam burung dengan keindahan kenampakan dan suaranya, serta kegiatan para pencintanya. Pasar ini adalah pasar burung tertua di Yogyakarta yang telah ada sejak tahun 1809. Letaknya yang tidak jauh dari Kraton agar para Bangsawan zaman dulu dapat cepat menjangkaunya. Para turis menyebutnya bird market karena areal perdagangan burung sepertiga dari luas pasar.
Areal perdagangan burung dapat dijumpai dengan berbelok ke kiri dari pintu masuk. Jenis burung yang paling laris adalah burung perkutut. Jenis lain yang juga laris adalah kutilang, kepodang, emprit, prenjak, jalak, dan parkit. Selain itu juga terdapat burung hantu dan burung elang. Pembeli tidak juga bisa mendapatkan sangkar, dan kandangnya dengan mudah di sana.
Pasar Ngasem sangat ramai, di sana pengunjung tidak hanya dapat menikmati keindahan burung saja, tetapi juga pertunjukan yang digelar oleh para pencinta burung. Misalnya adu kemerduan suara dan lomba terbang burung dara. Dari pertunjukan seperti iulah biasanya pembeli tertarik dan membeli burung. Penjual juga kadang mengajari melatih burung berkicau atau berbincang tentang pemeliharaan burung.
Selain burung, sebenarnya penyayang binatang juga dapat menemukan hewan piaraan kesukaannya seperti, ikan hias, ular, iguana, penyu, anjing, kucing, dll lenglak dengan perlenglapan pemeliharaannya. Namun , pasar ini memang sengaja difokuskan sebagai pasar burung karena masyarakat sudah mengenal pasar Ngasem sebagai pasar burung.
Letak pasar yang berhimpitan dengan Taman Sari dan Kraton telah memberikan keuntungan sendiri bagi pasar ini. Tak hanya [enggemar burung, turis-turis pun banyak yang menyempatkan diri untuk sekedar mampir dan melihat-lihat pasar Ngasem sebelum sampai ke Taman Sari. Pasar yang terletak di kampung Taman ini buka setiap hari pada pukul 09.00-16.00.
4. TAMAN SARI
Taman Sari atau Taman Sari Kraton Yogyakarta adalah situs berasal dari sebuah taman atau kebun istana Kraton Yogyakarta. Taman ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1758-1765/9. Taman yang terletak di sebelah barat Kraton ini memiliki luas lebih dari 10 hektar dengan 57 bangunan berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau buatan, pulau buatan dan lorong bawah air. Taman yang digunakan secara efektif antara tahun 1765-1812 (sebagai tempat pemandian putri raja) ini dulu membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun, sekarang yang dapat dilihat hanya yang berada di sebelah barat daya kompleks Kedhaton saja.
Konon, Taman Sari dibangun pada bekas Kraton lama, Pesanggrahan Garjitawati. Sebagai pemimpin proyek pembangunan Taman Sari adalah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun. Tumenggung Prawirosentiko, yang kemudian Madiun dibebaskan dari pajak.
Kompleks Taman Sari dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Bagian Pertama
Bagian Pertama merupakan bagian utama Taman Sari pada masanya. Saat itu, tempat ini merupakan tempat yang paling eksotis. Bagian ini terdiri dari danau buatan yang disebut “ Segaran” (laut buatan) serta bangunan yang ada di tengahnya, dan bangunan serta taman yang berada di sekitar danau buatan tersebut. Di samping untuk memelihara berbagai jenis ikan, danau buatan ini juga digunakan sebagai tempat bersampan Keluarga Kerajaan. Namun, sekarang danau buatan ini tidak lagi berisi air melainkan telah menjadi pemukiman padat yang dikenal dengan kampung Taman.
Di tengah-tengah Segaran, terdapat sebuah pulau buatan bernama “Pulau Kenongo”, yang ditanami pohon kenanga (Kananga odorantum) dan didirikan gedung berlantai dua, yang juga dinamakan “Gedhong Kenongo” yang tingginya bias untuk melihat Kraton Yogyakarta dan sekitarnya sampai ke luar benteng Baluwarti. Konon, gedung ini seperti mengambang di atas air. Olejh karena itu, disebut juga dengan nama “Istana air” (Chateau d’eau). Namun, saat ini yang tersisa hanya puing-puing bangunannya saja. Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat deretan bangunan kecil yang disebut dengan “Tajug”. Bangunan ini merupakan menara ventilasi udara bagi terowongan bawah air. Terowongan ini merupakan jalan menuju Pulo Kenongo selain menggunakan sampan.
Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat sebuah pulau buatan lagi yang disebut dengan “Pulo Cemethi”. Bangunan berlantai dua ini juga disebut dengan “Pulo Panembung”. Di tempat inilah, konon Sultan bermeditasi. Ada juga yang menyebutnya dengan “Sumur Gumantung”. Bangunan ini hanya dapat dimasuki lewat terowongan bawah air saja. Sumur Gumuling secara tradisional, konon digunakan sebagai masjid dan dibagian tengahnya terdapat empat buah jenjang yang dibawahnya, konon digunakan sebagai tempat berwudhu.
2. Bagian Kedua
Bagian kedua yang terletak di sebelah selatan danau buatan Segaran merupakan bagian relative paling utuh disbanding dengan bagian lainnya. Bagian yang tetap terpelihara adalah bangunan, sedangkan taman dan kebun di bagian ini tidak tersisa lagi. Bagian ini merupakan bagian yang paling banyak dikunjungi oeh wisatawan saat ini. Di bagian inni terdapat Gedhong Gapura Hageng, Gedhong Lopak-lopak, Umbul Pasiraman, Gedhong Sekawan, Gedhong Gapura Panggung dan Gedhong Temanten.
Gedhong Gapura Hageng merupakan pintu gerbang utama taman raja-raja pada zamannya. Gerbang ini terdapat di bagian paling barat dari Taman Sari. Sisi timur dari pintu utama ini masih bias disaksikan, sedangkan sisi baratnya tertutup oleh pemukiman penduduk. Gerbang ini berhiaskan relief burung dan bunga-bunga yang menunjukkan tahun selesainya pembangunan Taman Sari pada tahun 1691 Jawa atau 1765 M.
Gedhong Lopak-lopak (versi lain menyebutnya gopok-gopok) dahulu berada di sebelah timur gerbang utama Taman Sari yang berada di tenga halaman berbentuk segi delapan. Sekarang gedung ini tidak bias dilihat lagi dan hanya tersisa deretan pot bunga raksasa serta pintu-pintu yang menghubungkan tempat ini dengan yang lainnya. Salah satu pintunya menghubungkan dengan Umbul Binangun.
Umbul Pasiraman atau disebut juga dengan Umbul Binangun merupakan kolam pemandian bagi Sultan, para istri beliau, serta para putrid-putri Sultan. Kompleks ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Untuk sampai ke kola mini bias melalui dua gerbang di sisi timur dan barat. Di kompleks ini terdapat tiga kolam yang dihiasi dengan mata air berbentuk jamur. Disekeliling kola mini dapat kita temukan pot-pot raksasa. Selain itu juga terdapat bangunan di sebelah utara, tengah dan selatan. Bnagunan di sisi utara sebagai tempat beristirahat dan berganti pakaian bagi para putrid dan istri Sultan. Di sebelah selatannya terdapat sebuah kolam yang disebut dengan “Umbul Muncar” Sebuah jalan mirip dermaga menjadi batas antara kolam dengan sebuah kolam di selatannya yang disebut dengan “ Blumbang Kuras”. Diselatan Blumbang tersebeut terdapat bangunan sebagau tempat istirahat dan berganti pakaian bagi Sultan. Menara di bagian tengah, konon digunakan Sultan untuk melihat istri dan putrid-putrinya yang sedang mandi. Di bagian selatan bangunan terdapat kolam yang disebut dengan “Umbul Binangun” yang merupakan tempat pemandian bagi Sultan dan Permaisurinya saja. Konon, pada zamannya, hanyalah para perempuan yang diizinkan untuk masuk ke kompleks ini.
Gedhong Sekawan (empat gedung) terdapat di sisi timur Umbul Pasiraman yang berada tepat di tengah halaman yang berbentuk segi delapan yang berhiaskan pot-pot bunga raksasa. Tempat ini digunakan sebagai tempat beristirahat bagi Sultan dan keluarganya. Di setiap sisi halaman terdapat pintu yang menghubungkan dengan halaman lain.
Gedhong Gapuro Panggung terdapat pada sebelah sisi timur halaman bersegi delapan. Bangunan ini memiliki empat jenjang dan dulunya terdapat empat patung ular naga yang sekarang hanya tersisa dua naga saja. Gedung ini melambangkan tahun dibangunnya Taman Sari yaitu 1684 Jawa atau 1758 M. Bangunan ini juga berhiaskan seperti relief pada Gedhong Gapura Hageng. Sisi timur bangunan ini sekarang merupakan pintu masuk ke situs Taman Sari.
Gedhong Temanten terdapat di sebelah tenggara dan timur laut Gerbang Gapura Panggung. Bangunan ini dulu merupakan tempat penjaga keamanan dan beristirahat.

3. Bagian Ketiga
Di bagian ini, tidak banyak meninggalkan bekas yang dapat dilihat. Konon, dulu bangunan ini meliputi kompleks “ Pasarean Dalem Ledok Sari” dan kompleks “Garjitawati” serta beberapa bangunan lain dan taman. Pasarean Dalem Ledok Sari merupakan sisa dari bagian ketiga yang tetap terjaga. Pasarean ini konon merupakan tempat peraduan Sultan dengan permaisurinya. Versi lain mengatakan sebagai tempat meditasi Sultan. Bangunannya seperti huruf U. Di tengah, terdapat tempat tidur Sultan yang diwahnya mengalir air. Di barat, dulunya terdapat kompleks kolam Garjitawati.
4. Bagian Keempat
Bagian terakhir ini merupakan bagian Taman Sari yang tidak tersisa lagi kecuali bekas jembatan gantung dan sisa dermaga. Konon, bagian ini terdiri dari sebuah danau buatan beserta bangunan di tengahnya, taman di sekitar danau buatan, kanal besar yang menghubungkan danau buatan ini dengan danau buatan di bagian pertama, serta sebuah kebun. Danau buatan ini terletak di sebelah tenggara kompleks Magangan sampai timur laut Siti Hinggil Kidul. Di tengahnya terdapat pulau buatan yang konon disebut “ Pulo Kinupeng”.
Menurut cerita, ada dua versi tentang pemvangunan Peasanggrahan Taman Sari.
Versi Pertama, diceritakan bahwa di daerah Mancingan ada seorang yang aneh yang tidak diketahui asal-usulnya. Masyarakat berangapan bahwa orang tersebut adalah bangsa jin atau penghuni hutan karena tidak mengerti bahasa yang diuucapkan. Kemudian orang aneh tersebut dihadapkan pada Sultan dan dijadikan abdi. Akhirnya orang tersebut dapat berbahasa Jawa, kemudian ia menyebutkan bahwa dirinya berasal dari Portugis. Orang Portugis tersebut diserahi tugas mengepalai pembuatan bangunan (arsitek). Setelah Sultan Hamengku Buwono II merasa puas dengan hasil pembangunan benteng, ia kemudian diberi kedudukan sebagai Demang, yang dikenal dengan nama Demang Tegis. Kemudian ia lah yang konon diperintahkan Sultan untuk membangun Taman Sari, sehingga terlihat bangunan Taman Sari mengandung unsur seni bangunan Eropa (Portugis).
Versi kedua mengatakan bahwa Sultan mengabulkan permintaan Bupati Madiun agar lepas dari kewajiban membayar pajak dengan syarat membangunkan sebuah taman untk kelengkapan dan kemegahan Kraton. Sulatan menghendaki hal demikian karena baru saja menyelesaikan tugas berat (perang). Keluarnya perintah Sultan ditandai dengan sengkalan Catur Naga Rasa Tunggal (1684) yang merupakan tahun berdirinya Taman Sari. Pembangunan ini dikepalai oleh K.P.H Nata Kusumo, ayng kemudian bergelar K.G.P.A.A. Paku Alam I. diceritakan bahwa Raden Rangga Prasentika todak dapat menyelesaikan pembangunan Pesanggrahan TamanSari. Beliau menyatakan bahwa pembangunan tersebut justru dirasa lebih besar dibandingkan dengan penyampaian pajak yang selama ini dilakukannya. Kemudian Beliau mohon berhenti pada Sultan, dan disetujuinya. Sultan kemudian memerintahkan kepada K.P.H Natakusuma untuk menyelesaikan pembangunan itu atas biaya yang ditanggung Sultan sendiri.
Bangunan Taman sari memiliki 36 bagian bangunan penting dengan berbagai nama dan fungsinya. Secara umum dapat kita lihat bagian-bagian Taman Sari adalah sebagai berikut:
1. Bagian Sakral yang ditunjukkan dengan bangunan yang agak menyendiri. Ruangan ini terdiri dari sebuah bangunan yang beerfungsi sebagai tempat istirahat Sultan dan keluarganya.
2. Bagian Kolam Pemandian, merupakan bagian yang digunakan Sultan untuk bersenang-senang. Bangunan ini terdiri dari dua kolam yang dipisahkan oleh bangunan bertingkat. Air kolam keluar dari pancuran berbentuk binatang yang khas dan sangat unik dengan pot-pot bunga raksasa yang menghiasinya.
3. Bagian Pulau Kenanga, yaitu terdiri dari beberapa bangunan seperti Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti, Sumur Gemuling, dan lorong-lorong bawah tanah. Pulau Kenanga adalah bangunan tinggi yang berfungsi sebagai tempat istirahat sekaligus tempat pengintaian.

Informasi penting tentang Kraton Yogyakarta
Jam buka
Setiap hari mulai pukul 08.30-13.00 WIB.
Khusus hari Jumat, Kraton buka pukul 08.30-11.00 WIB
Tiket Masuk
Wisatawan Domestik : Rp 2.000,00
Wisatawan Mancanegara : Rp 5.000,00
Biaya Parkir
Sepeda : Rp 500,00
Sepeda motor: Rp 2.000,00
Mobil: Rp 5.000,00
Bus : Rp 15.000,00
(Parkir biasanya di kompleks parkir Kraton karena hanya 0.5 km dari Kraton)

5. Kerajinan Wayang
Wayang kulit sebagai salah satu ikonn budaya Jawa bukan hanya sebagai sebuah pertunjukan saja. Banyak penggemar wayang atau kolektor benda-benda etnik yang tidak hanya puas dengan menonton saja, tetapi membelinya sebagai suatu kebanggaan. Hampir di setiap sudut Jogja, dapat kita temukan berbagai bentuk wayang yang dipajang di netalase atau dipinggir jalan Malioboro. Sebagian wisataman terutama turis asing lebih suka membelinya sebagai oleh-oleh khas Jogja.
Mengunjungi salah satu dari pusat pengrajin wayang di Yogyakarta merupakan pengalaman tersendiri yang tentu akan menambah pengetahuan tentang kebudayaaan asli Indonesia berupa wayang. Melihat sebuah rumah produksi wayang yang terletak sebelah barat Alun-alun Kidul, kami pun turun dan segera menyambangi rumah yang dipenuhi dengan berbagai wayang dan topeng. Ada ratusan wayang dan topeng yang terpajang rapi di ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang pameran hasil kerajinan wayang kulit, wayang golek dan lukisan wayang. Sayangnya, kami belum bisa melihat secara langsung proses pembuatan wayang karena merupakan hari libur. Namun, kami tetap mendapat penjelasan tentang bagaimana proses pembuatan wayang.
Di Yogyakarta, wayang yang paling terkenal adalah wayang kulit atau wayang purwa. Wayang ini dibuat dari kulit lembu atau kulit kerbau. Proses pembuatan wayang kulit secara umum meliputi beberapa tahap, yaitu dimulai dengan penyiapan kulit yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan wayang kulit, kemudian membuat corekan atau semacam sketsa bentuk gambar tokoh wayang yang akan dibuat, dilanjutkan dengan menatah wayang, menyungging wayang, dan tahap terakhir adalah memasang cempurit. Adapun peralatan yang digunakan dalam pembuatan wayang yaitu:
1. Pandukan, ialah landasan tatah yang terbuat dari kayu (kayu serambi, trenggulun, atau kayu sawo).
2. Tindih, logam terbuat dari kuningan untuk menekan kulit yang sedang ditatah agar kulit tidak bergeser.
3. Tatah, alat utama untuk membentuk tokoh wayang.
4. Ganden, semacam palu dari kayu untuk memukul tatah
5. Peralatan untuk menggambar tokoh wayang.

Pertunjukkan wayang, diatur dan dijalankan oleh seorang Dalang yang menggerakkan dan mengisi suara-suara tokoh dalam perwayangan tersebut Pertunjukan wayang ini biasanya mengambil cerita dari isah Ramayana, Mahabarata, serat Menak, Punakawan dll. Kesenian ini menggunakan sebuah layar besar dan lakonan wayang tersebut dimainkan di balik layar putih yang dinamakan kelir. Pada awalnya, pertunjukan wayang menggunakan lampu minmyak atau blanchu untuk memunculkan bayang-bayang pada layar yang sekarang digantikan dengan spotlight.

6. Pusat Batik “JONGGRANG”
Perjalanan wisata kota, kami lanjutkan menuju salah satu sentra kerajinan batik yang terkenal di Yogyakarta yaitu Jonggrang. Jonggrang adalah sebuah toko batik yang juga memproduksi sendiri batiknnya, terletak di Tirtodipuran. Di sana dapat kita lihat segala macam batik dengan harga yang bervariasi, dari batik kain, batik sutra, batik tulis, batik cap dll. Melihat kenyataan bahwa kualitas juga mempengaruhi harga, tak heran jika kita malah melihat para turis asing sebagai pembelinya. Saya sempat tercengang saat melihat label harga krudung batik dari sutra yang tertera adalah Rp 230.000,00. Dan masih banyak lagi batik-batik indah menawan dengan harga yang mampu dibayar oleh orang menengah atas.
Di belakang toko tempat memamerkan batik-batiknya, kita dapat masuk untuk melihat proses pembuatan batik secara langsung, baik tulis maupun batik cap. Proses pembuatan batik ternyata sangat rumit dengan melalui berbagai proses yang harus dilakukan. Sehelai kain batik cap dapat memakan waktu sekitar 2 minggu kalau prosesnya lancer, sedangkan batik tulis lebih lama, tergantung juga pada tingkat kerumitan motifnya,paling tidak waktu sebulan habis untuk menghasilkan batik tulis bagus dengan motif yang menawan.
Secara umum, proses pembuatan batik melalui tiga tahap, yaitu:
a. Penempelan lilin batik pada kain baik secara tulis menggunakan canting, cap ataupun kuas. Lilin berfungsi sebagai penutup terhadap warna yang akan diberikan pada kain tersebut.
b. Pemberian warna. Proses ini dapat dilakukan dengan teknik celupan (deying) atau coletan (painting). Pemberian warna dilakukan tanpa pemanasan dan warna tidak hilang pada waktu penghilangan lilin batik.
c. Menghilangkan kembali lilin batik dari kain, proses ini dapat dilakukan dengan di kerok (dikerik) atau secara lorodan.

Untuk lebih detailnya tentang proses pembuatan batik di mulai dari pembuatan motif. Proses pembuatan motif ini dimulai ketika seluruh bahan, terutama kain mori telah dipersiapkan. Pembuatan motif ini dilakukan dengan menempelkan bahan utama lilin atau disebut juga malam pada kain yang tidak diberi warna. Bila ingin batik tulis maka menggunakan alat bantu ang dinamakan canting, sedangkan batik cap menggunakan cap batik yang telah didesain sesuai yang diinginkan.
Proses dilajutkan dengan mewarnai kain. Caranya, kain yang telah diberi motif dicelupkan pada dalam ember yang berisi zat warna. Banyak para pembatik masih menggunakan pewarna alami yang terbuat dari bahan alam tertentu dan ada pula yang telah menggunakan bahan pewarna sintetik.
Usai mewarnai, proses ini dilanjutkan dengan nglorot malam, atau melarutkan malam yang melekat di kain dengan air mendidih yang dicampur dengan abu soda. Kemudian, kain dicelupkan hingga seluruh lilin larut dalam air. Bila lilin belum larut, maka harus dibersihkan dulu setelah proses pelorotan selesai.
Tahap akhir adalah pencucian. Bila menggunakan pewrna alami, maka pencuciannya tidak bisa menggunakan detergen karena bisa merusak warna. Setelah dicuci, kain dijemur dengan cara diangin-anginkan agar warna tidak pudar. Setelah dijemut inilahkita dapat melihat perbedaan batik yang diwarnai dengan pewarna alami akan terlihat lebih kusam.
Tak hanya mendapat pengetahuan tentang batik saja,kami pun mencoba memegang peralatan batik dan membayangkan seolah-olah membatik sungguhan. Sangat dituhkan keterampilan, ketekunan, kecermatan dan kesabaran yang tinggi untuk menghasilkan batik kualitas super, sehingga dibutuhkan penghargaan tinggi untuk mewarisi bati sebagai budaya asli yang luhur.

7. Kerajinan Perak
Kita tidak bisa memungkiri lagi bahwa jika teringat akan kerajinan perak,maka pikiran kita terlintas pada Kotagede sebagai sentra pengrajin perak terkenal baikdi Yogyakarta maupun di Indonesia, melebihi Bali, Lombok, dan Kendari. Beragam kerajinan perak yang diolah menjadi beragam perhiasan dan peralatan bermacam-macam bentuk yang dihasilkan dari Kotagede yang berkarak sekitar 10 km dari pusat Yogyakarta. Sejak tahun 70’an, kerajinan perak produksi Kotagede telah diminati wisatawan domestic dan mancanegara.
Maksud hati ingin melihat proses pembuatan perak secara langsung ke Kotagede, tapi kami hanya sampai pada Borobudur Silver yang terletak di sebelah timur Jonggrang. Tepatnya di jalan Ir Sumpeno. Borobudur Silver adalah toko besar yang menjual kerajinan perak sekaligus produksi perak juga.
Di Borobudur Silver, kita juga melihat proses pembuatan perak secara langsung. Bahan-bahan utama yang diperlukan yaitu: perak murni, buah perekat, buah klerek, penghitam khusus untuk perak.
Perak dan tembaga dilebur sampai keduanya menyatu dan membentuk balok perak. Kemudian balok perak dimasukkan ke mesin penggiling agar tebalnya sesuai dengan yang diinginkan. Bentuk model dasar yang diinginkan pada perakmenggunakan pensil dan potong-potong sesuai dengan desain yang dibuat semisal cincin, kalung, giwang, gelang, bross, peralatan, dll. Bisa dihias dengan kawat perak sebagai dekorasi yang menawan. Seperti yang diperlihatkan pada kami, yaitu kawat perak yang di buat bola-bola, atau lingkaran. Langkah selanjutnya, perak di patri agar merekat dengan sempurna. Setela itu, perak direbus dengan buah klerek untuk membersihkannya. Untuk mengubah warnanya agar menjadi hitam, bubuhi penghitam saat direbus. Tahap finishing adalah perak harus dipolish dengan hati-hati agar mengkilap. Permata atau batu-batu hiasan dimasukkan setelah perak dipolish.
Berwisata ke Yogyakarta belumlah terasa lengkap jika tidak membawa buah tangan khas dari Yogyakarta seperti perhiasan perak, kain batik, wayang, dan produk-produk kerajinan khas lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo, posting comment Anda demi perbaikan