Selasa, 20 April 2010

Sekilas tentang Saussure

Riwayat hidup Ferdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure atau yang lebih dikenal dengan Saussure adalah seorang tokoh linguistic terkenal dari Perancis. Beliau lahir di Genewa pada tanggal 26 November 1857 dari keluarga Protestant Perancis (Huguenot). Pada akhir abad ke 16, terjadi perang agama yang menyebabkan mereka ber-emigrasi dari daerah Lorainne. Saussure kecil memang sudah tertarik dalam bidang bahasa.
Tahun 1870 : Insitut Martine
1874 : Fisika dan kimia di Universitas Genewa (tradisi keluarga)
1875 : Belajar bahasa sansekerta di Berlin
1876-1878 : belajar bahasa di Leipzig
1878-1879 : berguru pada tokoh besar linguistic yakni Brugman dan Hubschmann di Berlin.
Karya dan prestasi:
1872 : Menulis “Essai sur les langues” (dipersembahkan untuk ahli linguistic idolanya, Pictet).
1878 : Menulis buku tentang Memoire sur le systeme primitive des voyelles dans les langues indo-europeenes (catatan tentang system vocal Purba dalam Bahasa-bahasa Indo-Eropa).
1880 : gelar doctor (summa cumlaude) dari Universitas Leipzig dengan disertasi: De l’emploi du genetif absolu en sanscrit (Kasus Genevitus dalam Bahasa Sansekerta
1881 : menjadi dosen di salah satu universitas di Paris.
1891 : mendapat anugrah professor dalam bidang bahasa Sansekerta dan Indo-Eropa dari Universitas Genewa.
Berkat ketekunannya mendalami struktur dan filsafat bahasa, Saussure didaulat sebagai bapak strukturalis . Menurut beliau, prinsip dasar strukturalisme adalah alam semesta terdiri dari relasi (forma) dan bukan benda (substansial).

Pemikiran-pemikiran Saussure tentang linguistik
Pemikiran-pemikiran Saussure tentang linguistic diantaranya terdapat dalam bukunya yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang diberi judul Pengantar Linguistik Umum (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1993).Dalam buku tersebut dapat disimpulkan bahwa bagi Saussure erat kaitannya dengan makna. Makna adalah soal relasi differensial yang artinya: makna (dalam tata bahasa) terkait pada kata sebelum dan sesudahnya, intinya makna adalah urusan internal kalimat (intra-linguistik) dan makna extra-linguistik cenderung diabaikan.
Beberapa pemikiran dan gagasan penting dari Saussure antara lain:
1. Langage, langue dan parole
Langage adalah gabungan dari parole dan langue yaitu merupakan perpaduan antara peristiwa dengan tata bahasa dan kita tidak dapat menelaah satu tanpa yang lain. Langage tidak memenuhi syarat sebagai fakta social karena di dalam langage ada factor-faktor bahasa individu yang berasal dari pribadi penutur. Langage mencangkup apapun yang diungkapkan serta kendala yang mengungkapkan hal-hal yag tidak gramatikal. Misalnya kata “materiil”. Kata tersebut secara social digunakan bahkan dianggap bahasa konvensional padahal “materiil” bukan kata baku yang sesuai dengan EYD. Kata baku dari “materiil” adalah “material”.
Langue adalah bahasa konvensional, yaitu bahasa yang sesuai dengan EYD (bahasa yang mengikuti tata aturan baku bahasa). Menurut Saussure, langue merupakan keseluruhan, kebiasaan (kata) yang diperoleh secara pasif yang diajarkan dalam masyarakat bahasa, yang memungkinkan para penutur saling memahami dan menghasilkan unsure-unsur yang dipahaminya tersebut. Jadi masyarakat adalah pelestari langue. Langue telah dan dapat diteliti, langue bersifat konkret dan homogen karena merupakan perangkat tanda bahasa yang disepakati secara kolektif sehingga dapat dijadikan lambang konvensional. Rumusnya: 1+1+1+1….=1 yang artinya adalah kata yang diucapkan oleh individu adalah kata yang diucapkan sama oleh banyak orang begitunya juga dengan maknanya. Terbentuknya langue juga dipengaruhi oleh factor eksternal, misalnya penjajahan (bahasa penjajah mempengaruhi bahasa yang dijajah). Tanda-tanda yang membentuk langue benda konkret, misalnya pohon (yang konkret ada batangnya, bisa kita lihat) dan “pohon” yang lain adalah bahasa yang terbentuk yang kita ucapkan. Wujud bahasa terjadi dan hanya ada karena ada kerja sama penanda dan petanda.
Parole adalah bahasa sehari-hari (tuturan). Parole disebut juga dialek karena parole adalah keseluruhan dari apa yang diajarkan orang termasuk konstruksi –konstruksi individu yang muncul dari penutur dan pengucapan yang menghasilkan konstruksi tersebut berdasarkan pilihan bebas.Parole merupakan manifestasi bahasa individu, bukan fakta social karena merupakan hasil individu yang sadar, termasuk kata apapun yang bersifat sesaat, heterogen, merupakan perilaku pribadi dan tidak dapat diteliti. Dalam parole harus dibedakan unsur-unsur kombinasi kode bahasa (tanda bahasa) yang dipergunakan penutur untuk mengungkapkan gagasan pribadinya dengan mekanisme fisik yang memungkinkan seseorang mengungkapkan kombinasi tersebut. Rumusnya (1’+1’’+1’’’+1’’’’…..) artinya, kata yang sama pun dilafalkan secara berbeda, baik orang sama maupun orang banyak.
Parole lah yang membuat langue berubah; kesan yang kita dengar dari orang lain mengubah kebiasaab bahasa kita. Jadi langue dan parole saling terkait, langue merupakan alat dan produk parole. Tujuan linguistic adalah mencari system (langue) struktur dari kenyataan yang konkret (parole). Ajaran ini menjadi dasar pendekatan strukturalis.

2. Sintagmatis dan asosiatif
Secara keseluruhan, perbedaan bunyi dan konsep yang membentuk langue adalah hasil dari perbandingan dari asosiatif dan sintagmatis. Pengelompokan secara asosiatif dan sintagmatis pada umumnya disusun oleh langue. Himpunan tersebutlah yang membentuk dan mengarahkan berfungsinya langue. Dalam sintagmatis, hampir semua satuan tergantung pada apa yang melingkunginya dituturan atau dari bagian yang membentuknya, misalnya desireux, tidak mungkin ditulis desir-eux. Satuan ini merupakan suatu hasil kombinasi dari dua unsure yang solider, yang hanya bervalensi karena keberhubungan di dalam satuan yang lebih luas. Kata “-eux” adalah sufiks dan jika sufiks terpisah dari kata dasarnya, maka tidak akan ada artinya. Saussure berpebdapat bahwa dalam langue, antara asosiatif dan sintagmatis juga terjadi simultan (hadir bersama-sama dalam langue). Misalnya kalimat “que vous dit-il? “apa yang dikatakannya pada Anda?” bisa diganti dengan kalimat “que te dit-il?”. Kata Anda dapat diganti dengan kamu.
3. Valensi
Melalui hubungan asosiatif dan sintagmatis, tanda bahasa dapat diuraikan dan hasilnya adalah valensi. Valensi dapat dipahami bahwa tanda bahasa itu penting buka sebagai peristiwa bunyi melainkan sebagai pengganti atau wakil dari unsure-unsur luar bahasa. Sifat valensi (nilai) menyangkut substitusi (penggantian) suatu benda yang berlainan. Contohnya uang dapat digantikan barang yang nilainya sama. Valensi linguistic harus didekati dari sudut konseptual dan material dalam arti pikiran tanpa ungkapan dalam kata-kata hanyalah benda yang tak jelas. Contohnya, jika sudah ada pikiran mau membeli suatu barang. Maka, pembeli harus mengungkapkan pada penjual apa yang mau dibelinya.
Dalam valensi harus ada sifat korelatifnya yaitu sifat semena dan sifat diferensial. Misalnya, valensi huruf “t” dapat ditulis dengan bentuk yang berbeda tapi mempunyai nilai yang sama (tetap “t”), inilah valensi aksara.
4. Sinkronik dan diatronik
Linguistik sinkronik adalah semua yang berhubungan dengan segi statis dalam ilmu. Sedangkan, linguistic diakronik adalah semua yang memiliki ciri evolusi. Sinkronis dapat seperti ini: dalam bahasa perancis, tekanan selalu terletak di suku kata terakhir, kecuali kalau suku kata terakhir mengandung e pepet (ә).Linguistik diakronis akan menelaah hubungan-hubungan diantara unsure-unsur yang berurutan dan tidak dilihat oleh kesadaran kolektif yang sama, dan yang satu menggantikan yang lain tanpa membentuk system diantara mereka. Sebaliknya, linguistik sinkronik akan mengurusi hubungan logis dan psikologis yang menghubungkan unsure-unsur yang hadir bersama dan membentuk system, seperti dilihat dalam kesadaran kolektif yang sama.
5. Tanda, penanda dan petanda
Strukturisme Perancis tidak bisa dipisahkan dari semiologi Saussure. Bagi beliau, semiologi adalah ilmu pengetahuan umum tentang tanda. Tanda tidak hanya sekedar kata, tetapi mencangkup kata dan konsep. Tanda adalah kombinasi antara konsep dan gambaran akustik. Misalnya, arbor (artinya pohon)adalah tanda bahasa. Sedangkan “pohon” adalah konsep.
6. Arbriter (kesemenaan) dan mutlak
Kesemenaan tanda bahasa dalam arti tidak ada motivasi aspek bunyi dalam benda yang ditandainya dan hanya terdapat dalam tanda tunggal. Misalnya: tiba-tiba kita memanggil ayah kekita lewat didepan kita. Nah, “ayah” disitu bersifat semena karena tidak terpikirkan dulu untuk mengucapkannya. Walaupun demikian, jika dalam bentuk kalimat, langue tidak seluruhn ya semena karena langue merupakan sebuah system yang memiliki nalar tertentu dan masyarakat tak mampu mengubah dengan sesuka hati.
7. Sistem aksara
Menurut Saussure, ada dua system aksara yakni: system ideografi dan system fonetis. Sistem ideografi adalah kata diungkapkan oleh sebuah lambang tunggal dan tak ada hubungannya, contoh aksara cina.Sedangkan system fonetis adalah mereproduksi urutan bunyi yang berurutan dalam kata (kadang-kadang silabis dan alfabetis) yang artinya didasari unsure-unsur parole yang tidak teruraikan.Tidak seperti langue yang terus berkembang, aksara cenderung tetap. Akibatnya tidaj sesuai lagi dengan apa yang dilambangkannya hingga suatu saat orang mengubah lambing untuk menyesuaikannya dengan perubahan ucapannya.
BAHASA
Bahasa adalah suatu system lambang berupa bunyi, bersiat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Sebagai sebuah system, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah dan pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila, aturan atau pola itu dilanggar, maka komunikasi bisa terganggu.
Lambang yang digunakan dalam system bahasa adalah bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dianggap bahasa primer yaitu bahasa lisan. Fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi di dalam kehidupan masyarakat, selain itu bahasa juga berfungsi sebagai berikut:
1. Alat untuk menjalankan administrasi Negara
2. Alat pemersatu suku bangsa
3. Media untuk menampung kebudayaan nasional
Ciri-ciri bahasa baku, antara lain:
1. Komunikasi resmi, yaitu dalam surat-surat resmi, perundang-undangan dsb.
2. Wacana teknis, seperti dalam laporan resmi, karya ilmiah, buku pelajaran, dsb.
3. Pembicaraan di depan umum, ceramah, kuoliah, khutbah, dsb.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo, posting comment Anda demi perbaikan