Sabtu, 17 April 2010

museum Affandi

Natiqotul Muniroh 07204241003
Mata Kuliah Apresiasi Seni
Jurusan PB. Perancis

Laporan Kunjungan ke Museum Affandi

Kamis yang cerah bertepatan dengan tanggal 12 Juni 2008, saya beserta teman-teman mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Perancis angkatan 2007 program reguler Universitas Negeri Yogayakarta (UNY) mengadakan kunjungan ke Museum Affandi untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Seni dan teutama meningkatkan sikap apresiatif terhadap karya seni rupa. Museum Affandi memiliki posisi yang sangat strategis dilihat dari lingkungan sekitar. Museum ini terletak di Jalan Laksda Adi Sucipto 167, Yogyakarta. Jalan ini lebih dikenal dengan sebutan Jalan Solo karena merupakan jalan utama yang menghubungi kota Solo dan Yogyakarta. Museum yang terdapat di sebelah barat sungai Gajah Wong ini juga dekat dengan Gedung Manggala Bakti Wanitatama, pusat perbelanjaan dan beberapa universitas, misalnya UIN Sunan Kalijaga, UNY, Sanata Dharma, dsb yang membuat museum ini layak dikunjungi ketika berwisata di Yogyakarta atau sebagai tempat observasi terhadap karya seni rupa.
Perjalanan menghabiskan waktu ± 10 menit dari kampus UNY. Sekitar pukul 10.30 WIB, kami telah berkumpul di areal museum seluas 3500 are ini. Selkain bangunan museum itu sendiri, terdapat bangunan yang dulunya merupakan rumah tinggal Affandi. Bentuk permukaan tanah yang berteras memberi inspirasi Affandi untuk merancang bangunan spiral lengkung yang unik dan penataan lingkungan yang mengitarinya. Bentuk atap diilhami dari bagian bentuk daun pisang yang pada masyarakat pedesaan sebagai payung sementara saat panas maupun hujan.
Pertama memasuki Museum Affandi, kami disambut oleh Galeri I dengan melewati pintu masuk yang unik dengan kontribusi tiket 10.000 rupiah bagi pelajar/mahasiswa. Galeri ini cukup luas berisi koleksi-koleksi Affandi yang serba artistik, terdiri dari lukisan-lukisan sketsa, lukisan cat air, lukisan cat pastel, lukisan cat minyak pada kanvas dan beberapa hasil reproduksi. Selain itu, juga terdapat patung, sepeda dan mobil Colt Gallant tahun 1976 yang merupakan mobil kesayangannya yang telah dimodifikasi menyerupai bentuk ikan.
Saat ini, koleksi lukisan Museum Affandi yang tersimpan saat ini berjumlah 1000-an lebih dan 300 diantaranya adalah karya Affandi yang dipamerkan berkala secara bergantian. Pada Galeri I, dapat disaksikan hasil karya Affandi yang berupa lukisan dari tahun-tahun awal hingga tahun terakhir hidupnya. Pada awalnya, Affandi melukis dengan gaya naturalisme yang menggunakan kuas saat melukis pada kanvas. “Melukis Diri Sendiri” dan “Istriku Maryati” adalah contoh lukisan yang beraliran naturalisme. Mulai tahun 1954, Affandi beralih ke aliran ekspresionisme, beliau melukis langsung dari tube denan menggunakan jarinya, hasil lukisannya dapat kita lihat pada lukisan “Self Potrait”, ”Burung Merak”, “Bungan Kana” dan ratusan lukisan lainnya. Diantara lukisan-lukisan Affandi ada yang dijual dengan harga 725 juta, 1M, 2 M, bahkan ada yang sampai 4 M, sedangkan karya yang tidak dijual adalah karya restropektif yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai.
Pada tahun 1962, Affandi selesai membangun Galeri I dengan luas bangunan 314,6 m² yang diresmikan ole Direktur Jendral Kebudayaan Prof. Ida Bagus Mantra tahun 1974. Dlam Galeri I juga tersimpan berbagai penghargaan yang diterima Affandi, salah satunya yaitu gelar Doctor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974.
Setelah cukup puas melihat-lihat lukisan di Galeri I, kami menuju ke Galeri II yang hanya beberapa meter dari Galeri I. Galeri yang memiliki arsitektur yang tidak jauh berbeda dengan Galeri I ini berisi lukisan hasil karya Affandi dan pelukis lain. Namun, saat kami berkunjung kesana, Galeri II berisi pameran lukisan Kartika, putri Affandi.
Pada tahun 1987, Presiden Soeharto memberikan bantuan pembangunan Galeri II, yang menempati areal seluas 351,5 m². Bangunan ini kemudian diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Fuad Hasan pada tanggal 9 Juni 1988. Galeri ini dibangun setinggi 2 lantai. Lantai bawah berisilukisan-lukisan abstrak, sedangkan lantai atas berisi lukisan-lukisan realistis.
Dilanjutkan menuju Galeri III yang terletak paling timur sebelah Galeri II. Di dalamnya, dipamerkan karya keluarga Affandi. Dapat kita lihat sulaman Maryati (“Kereta Cirebon”, “Tiga Penari”, dsb.), lukisan Kartika dan Rukmini dan beberapa lukisan teman Affandi. Tampak bahwa Galeri III adalah galeri termuda diantara yang lainnya karena memang baru dibangun pada tahun 1999 oleh yayasan Affandi yang kemudian diresmikan tahun 2000 oleh Sultan Hamengku Buwono X. Galeri ini dibangun untuk memenuhi keinginan Affandi agar memiliki tempat yang cukup untuk koleksi lukisan miliknya. Galeri III memiliki 3 lantai, lantai pertama digunakan untuk pameran sementara dari pelukis lokal maupun mancanegara dan sebagai tempat untuk sanggar lukis anak-anak “Gajah Wong”. Lantai 2 digunakan sebagai ruang perawatan dan perbaikan lukisan. Ruang bawah tanah sebagai ruang penyimpanan lukisan.
Bangunan lain yang terdapat kompleks Museum Affandi ini termasuk rumah tinggal Affandi dan keluarga, serta bangunan pelengkap yang berbentuk gerobak. Semua arsitektur di kompleks ini berbentuk spiral lengkung dengan atap daun pisang. Selain itu juga terdapat sebuah kolam renang dan dua menara yang menjulang dimana kita bisa melihat kompleks museum yang tertata sangat artistik, indahnya sungai Gajah Wong, jalan raya dan pemandangan kota sekitar museum dari atas menara.
Sebagai tempat peristirahatan yang terakhir, Affandi wafat pada 23 Mei 1990 dan telah memilih tempat pemakamannya yaitu diantara dua bangunan Galeri I dan Galeri II, berdampingan dengan istrinya dan dikelilingi lukisan hasil karyanya serta timbunan tnaman disekitarnya. Untuk mengenangnya, pada tanggal 30 April 1997 Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel) mengabadikan wajahnya dengan menerbitkan perangko Affandi. Gambar yang digunakan adalah “Self Potrait” Affandi tahun 1974.

Affandi dan Lukisan
Affandi Koesoema adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai maestro seni lukis Indonesia, yang terkenal dengan lukisannya yang beraliran ekspresionismenya yang khas. Beliau adalah pelukis produktif yang telah melukis lebih dari 2000 lukisan dan pernah mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, Amerika Serikat, Australia dan Indonesia sendiri tentunya. Lukisannya yang beraliran ekspresionisme sangat sulit dimengerti oleh orang lain terutama yang masih awam tentang dunia seni lukis tanpa penjelasan. Namun, bagi pecinta lukisan, hal demikianlah yang menambah daya tarik tersendiri. Sebagian dari lukisan dan patungnya adalah “Self Potrait” (“Lukisasn Diri”) yang menggambarkan dirinya. Dalam mengerjakan lukisan-lukisannya, beliau lebih sering meumpahkan cat langsung dari tubenya, kemudian menyapu cat itu dengan jarinya. Bermain dan mengolah warna untuk mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan tentang sesuatu.

1 komentar:

ayo, posting comment Anda demi perbaikan